Singapura (ANTARA) - Bursa saham Singapura turun tajam pada perdagangan Senin, karena pembatasan ketat yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk menahan penyebaran COVID-19 telah memicu kekhawatiran adanya kerusakan pada ekonomi global.
Indeks acuan Straits Times Index (STI) anjlok 7,35 persen atau 177,26 poin menjadi ditutup pada 2.233,48 poin. Total 1,43 miliar saham berpindah tangan senilai 1,81 miliar dolar Singapura (sekitar 1,24 miliar dolar AS), dengan 421 saham turun dan 95 saham turun.
Indeks STI terangkat 4,32 persen atau 99,74 poin menjadi 2.410,74 poin pada akhir perdagangan Jumat (20/3).
Pasar AS terus meluncur pada Jumat lalu (20/3) di tengah kekhawatiran penyebaran wabah COVID-19. Indeks pasar AS telah jatuh lebih dari 30 persen dari puncaknya di pertengahan Februari. Pada akhir pekan, angka kematian global dari wabah virus corona mencapai lebih dari 14.000 dengan lebih dari 300.000 infeksi.
Kalangan bisnis di Singapura mengharapkan lebih banyak dukungan dari pemerintah dalam bentuk paket stimulus kedua yang lebih besar karena ekonomi global memburuk di tengah wabah.
MayBank-Kim Eng Retail Research mengatakan "secara teknis, resistensi langsung untuk Straits Times Index berada di 2.530 poin dengan level support berikutnya tetap di 2.230 poin."
Di antara yang memperoleh keuntungan tertinggi, Memiontec naik 8,7 persen menjadi 25 sen Singapura, sementara Jardine Matheson menjadi salah satu penderita kerugian tertinggi dengan jatuh 10,85 persen menjadi 46,75 dolar Singapura.
Baca juga: Bursa saham Singapura berakhir melonjak 4,32 persen
Baca juga: Bursa Singapura merosot tajam, Indeks Straits Times anjlok 4,73 persen
Baca juga: Bursa saham Singapura ditutup 1,18 persen lebih rendah
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020