Kapolda mengatakan, personel polisi yang disiagakan di kantor KPU DIY sebanyak dua satuan setingkat kompi (SSK) dengan senjata lengkap serta dua mobil "water canon".
"Tidak ada konsepnya kerusuhan di Yogyakarta, yang anarkis akan ditangkap. Kemarin (Kamis, 9/4) polisi masih melakukan pendekatan persuasif," katanya.
Ia mengatakan, "Saya tadi pagi sudah bertemu dengan sesepuh warga dan mahasiswa Papua, Benny dan Toni".
"Saya berpesan kepada mereka agar tidak membawa massa dalam jumlah besar ke kantor KPU DIY, saya juga minta tidak mabuk dan tidak membawa senjata tajam. Mereka yang terbukti melanggar akan ditindak tegas dan ditangkap," katanya.
Kapolda mengingatkan, sekarang harus mengedepankan dialog untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah. "Kalau ada yang mencoba berbuat anarkis atau mengarah kerusuhan, polisi akan menindak tegas dan menangkap pelaku," ujarnya.
Menurut dia, dalam aksi unjuk rasa Kamis (9/4), polisi masih mendahulukan pendekatan persuasif dalam menghadapi warga dan mahasiswa Papua di kantor KPU DIY. "Sekarang kalau mereka masih tetap bersikap seperti kemarin akan diambil tindakan represif," katanya.
Ia mengatakan, apalagi sejak tadi pagi sekitar pukul 06.00 WIB Kapolri telah menginstruksikan seluruh Polda di Indonesia dalam siaga I, dan berlaku sampai ada pernyataan untuk dicabut.
Saat berita ini diturunkan, berlangsung pertemuan Ketua KPU DIY, Ani Rohyati didampingi sekretaris Agung Supriyono dan sesepuh warga Papua, Beni dan Toni di kantor KPU setempat. Pertemuan ini membahas pembatalan rencana pemilu susulan bagi ratusan warga Papua di Yogyakarta.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009