Saat ini di Balitbangkes ada ribuan spesimen yang harus diperiksa dan memerlukan waktu untuk memeriksakannya
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyiapkan Rumah Sakit (RS) Sayang Rakyat untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien virus corona baru (COVID-19) di daerah itu.
"Jika terjadi pelonjakan maka ditunjuk RS Sayang Rakyat untuk ikut menangani pasien terkait COVID ini. Pembinaan-pembinaan telah kita persiapkan," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel dr Ichsan Mustari di Makassar, Senin.
Ia mengemukakan telah disiapkan gedung tiga lantai khusus untuk isolasi di RS Sayang Rakyat.
Ia menjelaskan arahan sesegera mungkin dikeluarkan mengenai pasien yang terus meningkat sembari menunggu perkembangan.
Baca juga: Semua rumah sakit di Kudus diminta siapkan ruang isolasi COVID-19
Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel merilis hingga, Senin, pukul 10.00 Wita, orang dengan pemantauan (ODP) berjumlah 114 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) 29 orang dengan rincian 22 orang masih dirawat dan tujuh orang lainnya telah dinyatakan sehat, sedangkan yang positif dua orang dan satu orang telah meninggal dunia.
"Pasien positif COVID-19 kondisinya sudah makin membaik dan kita doakan semoga bisa sembuh lalu segera kita pulangkan," ujar dia.
Pasien positif corona itu, kata Ichsan, sedang menunggu pemeriksaan spesimen kedua dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan di Jakarta.
Ia menjelaskan dua kasus positif corona mempunyai fenomena berbeda yang hasil spesimennya keluar bersamaan.
Hanya saja, kata dia, satu pasien telah mengalami perbaikan, sedangkan satu lainnya mengalami keterlambatan informasi dan telah meninggal dunia.
"Saat ini di Balitbangkes ada ribuan spesimen yang harus diperiksa dan memerlukan waktu untuk memeriksakannya," kata dia.
Baca juga: Warga sekitar Wisma Atlet diminta ikuti protokol keamanan-kesehatan
Baca juga: Ganjar minta rumah sakit antisipasi lonjakan pasien COVID-19
Baca juga: BNPB desak rumah sakit BUMN, TNI dan Polri segera dioptimalisasi
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020