"Perlambatan tersebut bersumber dari melemahnya kinerja ekspor yang dibarengi dengan melemahnya permintaan domestik," demikian tulis laporan perekonomian Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia, Rabu.
BI memperekirakan, industri yang paling terpukul adalah industri orientasi ekspor, antara lain tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronika, otomotif, kayu dan kerajinan kayu.
Lemahnya permintaan baik dari domestik maupun eksternal memaksa perusahaan-perusahaan di sektor industri menghentikan produilksinya.
"Kebijakan tersebut untuk menghindari penumpukan stok," tulisnya.
Selain lemahnya permintaan eksternal, ekpansi ekonomi domest9ik juga berpotensi terkendala oleh kondisi likuiditas yang ketat dan masuknya barang-barang impor dengan harga murah.
Barang-barang impor tersebut merupakan pengalihan dari pasar negara maju yang mengalami penurunan daya beli.
Barang-barang impor yang masuk ke Indonesia tidak hanya barang setengah jadi, namun juga barang siap konsumsi yang juga diproduksi di dalam negeri.
Sementara itu, BI juga memperkirakan pertumbuhan sektor perdagangan, restoran dan hotel akan abjlok dari 7,2 persen pada 2008, menjadi hanya 4,5 persen. Hal ini karena melemahnya konsumsi swasta karena menutrrunnya daya beli.
BI memperkirakan, perdagangan di perdagangan besar dana eceran akan turun tajam. Meski telah menurun sejak akhir 2008, namun BI menengarai penurunan yang lebih kuat akan berlangsung pada 2009.
Pasar ritel yang diprakirakan terpengaruh kuat adalah otomotif, elektronik dan sepatu. Penurunan penjualan otomotif, BI menilai karena melemahnya daya beli, meningkatnya harga otomotif akibat penyesuain kurs dan sulitnya sumber pembiayaan.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009
Memang ini waktunya untuk menurunkan harga... karena selama ini harga sudah terlalu tinggi......