Jakarta (ANTARA News) - Anggota keluarga memiliki peran dengan menghibur dan menasihati kepada caleg yang gagal terpilih pada Pemilu, 9 April 2009, sehingga dapat mencegah kemungkinan depresi berat bagi caleg yang bersangkutan, kata Ketua Forum Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa (FJKKJ) dr G Pandu Setiawan, SpKJ.
Ketika menjawab pers tentang kemungkinan caleg yang gagal akan menderita depresi dan dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ), di Jakarta, Rabu, mantan Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes itu menegaskan, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan caleg yang gagal terpilih akan menderita depresi, karena masih ada keluarga dan kelompok masyarakat terdekat yang mampu membantu mencegah timbulnya depresi.
Apalagi, kata Pandu, jika caleg yang gagal itu memiliki mental pertahanan diri yang kuat, maka mereka akan menghadapi kegagalan itu dengan tenang dan tidak sampai pada stres dan depresi, karena sebelumnya sudah terbiasa mendapat tekanan, dan selanjunjutnya akan memulai perencaan program baru.
"Tapi bagi caleg baru terjun di dunia politik belum bisa menerima `kekalahan dan kemenangan', maka jika menderita stres dan gejala depresi, seperti susah tidur, tidak nafsu makan, selalu menyendiri dan menjadi pemarah, maka perlu segera memeriksakan ke dokter ahli jiwa (psikiater) terdekat," katanya didampingi anggota FJKKJ Judianto dan psikolog Ika Yunita Kartika sari.
Pandu mengatakan, jika dalam waktu tiga hari, caleg yang gagal terpilih itu masih menderita ganguan kejiwaan seperti stres, susah tidur dan tidak bernafsu makan, maka keluarga harus segera membawa ke RSJ untuk mendapat perawatan agar tidak sampai menderita depresi yang berat, seperti ingin bunuh diri.
Menurut mantan Wakil Presiden Perhimpunan Dokter Ahli Kesehatan Jiwa se-Asia itu, seharusnya para caleg yang tidak terpilih yang telah berkorban harta dan tenaga itu tidak perlu stres dan depresi, jika mereka sejak awal telah menerima janji kampanye "siap menang dan siap kalah" serta lolos pemeriksaan kesehatan jiwa sebagai bakal caleg oleh Komisi pemilihan Umum (KPU).
Namun, kata Pandu, pemeriksaan kesehatan jiwa bagi bakal caleg baru dilakukan di Puskemas atau RS Kabupaten/Kota yang belum memiliki standar secara nasional, sehingga dalam penjaringan caleg pemilu 2014 diharapkan sudah terbentuk standar nasional dan tim dokter ahli jiwa yang khusus memeriksaa bakal caleg agar dapat dicegah adanya kecenderungan caleg menderita depresi berat.
Pada kesematan itu, ia mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar menjadikan pemilu 2009 sebagai modal untuk mengangkat perbedaan dan keberagaman demi terwujudnya persatuan, kematangan dan ketangguhan jiwa bangsa Indonesia.
"Bangsa Indonesia yang memilki jiwa yang tangguh, matang dan persatuan kuat, secara otomatis akan mampu menghadapi permasalahan bangsa Indonesia, termasuk krisi ekonomi global yang melanda dunia saat ini," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009