Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Rabu setelah muncul kekhawatiran mengenai melemahnya pendapatan perusahaan yang membuat bursa saham dunia rontok, kata kalangan analis.

Kontrak utama berjangka minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei di New York, tergelincir 91 sen menjadi 48,24 dolar AS per barel setelah turun di bawah 50 dolar pada penutupan perdagangan di AS, Selasa.

Sementara itu, harga minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman Mei turun 60 sen menjadi 50,62 dolar.

Pelemahan yang ditunjukkan di Wall Street dan menguatnya dolar AS menjadi salah satu faktor yang menekan harga energi turun, kata kalangan analis.

"Ketika saham melemah dan dolar menguat, pasar tidak memiliki tempat untuk bersembunyi," kata Peter Beutel, Pemimpin kantor konsultan energi AS, Cameron Hanover, dalam catatannya kepada klien perusahaan tersebut.

Menguatnya dolar membuat harga minyak mentah dalam dolar menjadi lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain dan mengakibatkan permintaan cenderung berkurang.

Kalangan pedagang juga memperkirakan lebih banyak berita buruk karena pendapatan perusahaan di AS di bawah perkiraan, dengan kekhawatiran tertinggi mengenai kesulitan di sektor perbankan.

"Laporan pendapatan perusahaan pada kuartalan yang akan dikeluarkan beberapa hari mendatang kemungkinan tidak berisi banyak pujian," kata Mike Fitzpatrick, analis di MF Global seperti dilansier AFP.

Harga minyak mentah menguat dalam jangka panjang pekan lalu setelah para pemimpin dunia yang menghadiri pertemuan tingkat tinggi G-20 di London, Kamis, berjanji akan memerangi krisis dunia bersama, menyalakan harapan mengenai pemulihan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009