MRT memang didesain untuk semua orang, tak terkecuali teman-teman disabilitas

Jakarta (ANTARA) - Hampir genap satu tahun PT MRT Jakarta mengoperasikan Moda Raya Terpadu (MRT) sebagai sistem transportasi kereta cepat berbasis listrik yang menghubungkan stasiun Lebak Bulus dengan stasiun Bundaran Hotel Indonesia.

Berbagai layanan disediakan demi kemudahan akses dan kenyamanan pengguna MRT.

Tidak hanya bagi pengguna umum, berbagai fasilitas dengan pelayanan optimal juga tersedia bagi pengguna disabilitas sehingga masalah aksesibilitas tidak lagi menjadi kendala.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Muhammad Effendi menegaskan hal itu.

"MRT memang didesain untuk semua orang, tak terkecuali teman-teman disabilitas. Desainnya dibuat tidak hanya untuk pengguna umum, tetapi
juga untuk teman-teman yang tunanetra, yang pakai kursi roda, tunarungu, tunawicara, dan teman-teman lainnya," ujar dia.

Baca juga: Tahun perdana MRT Jakarta di mata selebritas

Bagi penumpang berkursi roda, terdapat sejumlah fasilitas khusus untuk memudahkan akses dari pintu masuk stasiun sampai ke dalam kereta.

Fasilitas tersebut antara lain elevator, akses loket tiket, akses di pintu pengesahan tiket, toilet khusus, pemasangan rem di pintu masuk kereta, hingga pegangan khusus dalam kereta.

Pertama-tama, untuk masuk ke stasiun, pengguna kursi roda dapat menggunakan elevator yang dilengkapi tombol yang dipasang rendah, sekitar 60 sentimeter, agar sesuai dengan kebutuhan mereka. Elevator akan membawa mereka ke area di dekat loket tiket.

Pengguna yang belum memiliki kartu akses MRT dapat membelinya di semua loket tiket yang ketinggiannya juga disesuaikan dengan kebutuhan akses mereka.

Setelah membeli kartu, pengguna dapat langsung melakukan taping di pintu pengesahan tiket khusus dengan lebar sekitar satu meter. Dengan begitu, mereka bisa masuk tanpa perlu melipat kursi roda terlebih dahulu.

Untuk menuju area platform, pengguna kursi roda dapat kembali menggunakan elevator yang mengarah langsung ke depan gerbong tiga dan empat.

Di kedua gerbong itu terdapat area khusus disabilitas serta layanan pemasangan rem untuk kursi roda agar pengguna tidak kesulitan masuk ke kereta ketika melewati celah peron.

"Begitu mereka masuk, petugas kami sudah berkomunikasi dengan petugas keamanan di area platform untuk menyiapkan rem. Karena tingkat (ketinggian) kereta dan platform kan pasti ada gap. Di celah itu rem dipasang untuk menjaga mereka agar tidak jatuh ketika memasuki kereta," katanya.

Baca juga: MRT ubah lagi kebijakan layanan mulai Senin (23/3) terkait COVID-19

Di dalam gerbong, terdapat area khusus bagi pengguna kursi roda, dengan pegangan tangan yang lebih rendah untuk membantu mereka menjaga kestabilan.

Selanjutnya, untuk pengguna tunanetra, MRT Jakarta menyediakan elevator dengan tombol yang dilengkapi huruf braille agar pengguna dapat memencet nomor lantai tujuan secara mandiri.

Di depan pintu keluar elevator, dipasang tag tile atau ubin pemandu yang akan mengarahkan mereka ke sejumlah area, seperti loket tiket, toilet, mushola, dan area platform.

Calon penumpang transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) menunjukan Pin Prioritas di Stasiun MRT Jakarta, Jumat (10/1/2020). PT MRT Jakarta (Perseroda) meluncurkan pin khusus untuk penumpang prioritas yang diberikan kepada penumpang lanjut usia, ibu hamil, penyandang disabilitas tuna netra dan penumpang yang membawa bayi atau anak kecil sebagai bentuk memperkuat hak kelompok rentan dalam mengakses transportasi MRT Jakarta. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj)

Di area platform, terdapat pengumuman suara yang memberitahukan kedatangan dan keberangkatan kereta.

Pengumuman suara juga diberikan di dalam kereta agar penumpang mengetahui posisi kereta saat itu, ke mana tujuan kereta, serta informasi lain.

Petugas keamanan juga ditempatkan di dalam kereta untuk membantu pengguna manakala memerlukan bantuan informasi dan lain-lain.

Sementara itu, bagi pengguna tunarungu, tersedia sejumlah fasilitas khusus untuk memudahkan akses mereka.

Di dalam stasiun, terdapat keterangan tertulis dan tanda bergambar yang menginformasikan rute, lokasi, fungsi suatu fasilitas, dan keterangan lain yang dibutuhkan pengguna.

Baca juga: Satu tahun MRT Jakarta: Pengalaman, perbandingan, dan harapan

Di dalam kereta terdapat informasi gambar tentang pintu di bagian kanan atau kiri yang akan terbuka ketika kereta berhenti di stasiun.

Meski demikian, kata Effendi, jika pengguna memerlukan bantuan, petugas MRT juga akan dengan sigap membantu melayani kebutuhan akses mereka.

Petugas keamanan tetap ditempatkan di beberapa area untuk membantu pengguna disabilitas mengakses fasilitas serta melakukan penanganan
evakuasi secara tepat dalam situasi darurat.

Pelibatan

PT MRT Jakarta menyatakan, mereka melibatkan banyak pihak agar mendapat masukan tentang pembangunan yang baik agar sesuai dengan standar.

Effendi mengatakan, dalam menyediakan fasilitas khusus disabilitas, pihaknya juga menggandeng banyak komunitas penyandang disabilitas untuk meminta saran tentang fasilitas yang perlu disediakan guna mengakomodasi kebutuhan mereka.

Selain itu, MRT Jakarta juga mengajak mereka untuk menjajal fasilitas khusus yang dibuat apakah sudah sesuai dengan kebutuhan akses mereka sebelum layanan dioperasikan.

Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Gufroni Sakaril mengakui hal itu.

Baca juga: Menilik integrasi dengan kehadiran MRT Jakarta

Ia mengatakan, dia dan komunitasnya dilibatkan saat peninjauan fasilitas. Mereka diminta memberikan masukan tentang segala hal yang dapat menunjang kebutuhan pengguna disabilitas.

Menurut dia, secara keseluruhan pelayanan dan penyediaan fasilitas yang diberikan MRT Jakarta sangat bagus.

"Secara overall sudah bagus," katanya.

Advokasi GAUN untuk manajemen proyek yang ramah disabilitas. (Humas PT MRT Jakarta)

Advisor Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) David Tjahjana juga sependapat dengan hal itu.

Sebagai penyandang disabilitas yang kerap menggunakan MRT, fasilitas khusus yang disediakan bagi penyandang disabilitas menurutnya sangat membantu.

Selain dapat mengatur jadwal perjalanan secara tepat, dia lebih memilih menggunakan MRT dibanding kendaraan pribadi karena fasilitas khusus yang sangat memadai.

"Kalau naik MRT jadi lebih fleksibel. Kalau pakai kendaraan sendiri kadang macet dan lain-lain. Jadi kalau pakai MRT waktu kedatangannya bisa lebih tepat. Itu sangat menolong. Fasilitas juga bagus dan bersih. Saya melihat perhatian teman-teman MRT kepada teman-teman disabilitas cukup tinggi. Fasilitas-fasilitas khususnya lebih diperhatikan," katanya.

Terkait pengguna disabilitas, David mengatakan, komunitasnya sangat dilibatkan dalam pemberian pelatihan dan advokasi.

"Jadi pelatihannya diadakan jauh sebelum mereka beroperasi, terbuka untuk umum pada sekitar 2018," ujar dia.

David bersama teman-teman penyandang disabilitas lain diajak untuk memberikan pelatihan kepada petugas keamanan, staf stasiun, front liner, hingga manajer tentang penanganan dan bantuan yang tepat bagi
penyandang disabilitas.

Baca juga: MRT Jakarta terapkan jaga jarak sosial di stasiun dan kereta

"Waktu itu GAUN membawa teman-teman kursi roda, tunanetra, tunarungu untuk melatih mereka," ujar dia.

Pelatihan berlangsung dua hari, berisi pemberian materi serta praktik penanganan, seperti cara mendorong kursi roda, cara menuntun tunanetra, hingga pelatihan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu dan tunawicara.

"Cukup diberikan caranya menggunakan bahasa isyarat yang sederhana saja, seperti cara menjawab kapan kereta berangkat, lokasi mushola atau toilet di mana," ujar dia.

Selain memberikan pelatihan, komunitas penyandang disabilitas juga kerap diminta memberikan advokasi.

"Contohnya ketika itu kita memberikan masukan tentang perlunya memasang rem tambahan agar teman-teman kursi roda bisa melaju dengan aman saat melalui gap antara peron dan kereta," katanya.

Fase 2

Seperti pada fase pertama, pembangunan MRT fase kedua juga lebih intens melibatkan komunitas penyandang disabilitas guna meminta masukan dan saran tentang fasilitas dan layanan yang perlu diperbaiki
atau dilengkapi.

Setelah beberapa kali menggelar diskusi, Komunitas GAUN, kata David, mengusulkan beberapa fasilitas yang diharapkan ada di fase kedua.

Salah satu fasilitas yang dimaksud adalah telepon khusus yang dapat digunakan penyandang tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa yang membutuhkan informasi layanan.

"Bagaimana caranya? Kami mengusulkan telepon. Telepon itu harapannya dapat dilengkapi dengan keterangan visual berupa layar sentuh dan juga handset," kata David.

Baca juga: Setahun MRT sebagai keajaiban di Jakarta

Bagi pengguna tunanetra, disediakan handset di telepon yang dilengkapi huruf braille agar mereka dapat berbicara atau bertanya kepada operator tentang informasi yang dibutuhkan.

Sementara itu, bagi penyandang tunarungu dan tunawicara, diusulkan agar telepon tersebut dilengkapi layar sentuh dan handset untuk mengakses informasi layanan dan juga bertanya kepada operator.

"Kita juga mengusulkan agar ada kelengkapan kamera. Jadi kalau nanti staf MRT bisa melayani bahasa isyarat, mungkin bisa bertatap muka untuk bahasa isyarat, seperti video call," tuturnya.

Melihat banyaknya fasilitas dan layanan yang diberikan kepada semua pengguna, upaya optimal PT MRT Jakarta selama satu tahun melayani masyarakat patut diapresiasi.

Ke depan, masyarakat tentu berharap layanan yang memberikan kemudahan akan semakin banyak dan semakin baik. Tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga bagi penyandang disabilitas yang juga memiliki tingkat mobilitas tinggi.

Baca juga: MRT Jakarta: Angkutan umum difokuskan bagi pekerja yang tangani corona

Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2020