Jakarta (ANTARA News) - Majelis Keprihatinan Nasional Pusat (Makna Pusat) mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk berintrospeksi diri atas rentetan bencana yang telah merenggut nyawa anak-anak bangsa ini. "Kami berkeyakinan bahwa setiap bencana yang menimpa suatu bangsa, masyarakat, perorangan atau suatu kaum berkaitan erat dengan prilaku buruk, dosa dan kezaliman yang dilakukan perorangan atau masyarakat itu sendiri," ujar Ketua Umum Makna Pusat, Masgartha Kuartanegara kepada wartawan di Jakarta, Selasa. Masgartha kemudian menyebutkan bahwa musibah terbaru di Situ Gintung, Tangerang Selatan, Banten, yang menewaskan sedikitnya 100 orang serta seratusan warga lainnya hilang dan ditambah lagi jatuhnya Fokker 27 TNI AU di Bandung, Senin (6/4) lalu, merupakan keprihatinan baru bangsa ini. Dikemukakannya sejumlah contoh prilaku buruk bangsa ini yang mengundang hadirnya bencana itu adalah ambisi segelintir orang untuk mengejar kekuasaan di negeri ini dengan menghalalkan segala cara, mengeksploitasi bencana sebagai iklan hingga tarian erotis yang dipertontonkan kepada publik untuk meraih simpati massa saat kampanye yang lalu. "Arogansi para pemimpin yang mematut-matut diri hanya bersedia jadi presiden dan tidak menghendaki yang lainya juga telah melahirkan hawa panas yang lebih berbahaya dari magma gunung berapi," ujarnya lagi. Terkait dengan hal itu, Makna Pusat mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menyelamatkan diri dari bencana melalui perbanyak istigfar dan menjauhi kezaliman. Makna Pusat juga mengimbau para pemimpin atau tokoh-tokoh yang masih mempunyai hati nurani agar tidak meneruskan ambisi-ambisi pribadinya mengejar kekuasaan di negri ini. Sementara itu ditempat yang sama, Budayawan Ridwan Saidi menuturkan alam sudah semakin marah terhadap prilaku elit-elit politik bangsa ini yang semakin jauh dari etika dan moralitas. "Rakyat bisa melihat dan menilai sendiri mana elit-elit politik yang rakus dan mengundang hadirnya berbagai bencana di Indonesia ini," ujarnya. Dikemukakannya pula bahwa berbagai bencana yang menghinggapi kehidupan bangsa Indonesia saat ini juga berkaitan erat dengan prilaku penguasa yang abai pada rakyatnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009