Apapun lingkungannya tidak efektif jika sanitasi tidak baik
Jakarta (ANTARA) - Ketua Kolegium Pengurus Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (Hakli) Prof Arif Sumantri menyarankan masyarakat untuk menggunakan cara yang baik dalam melakukan disinfeksi berbagai bibit penyakit, terutama virus corona penyebab COVID-19.
"Proses di awal dengan pembersihan fisik, membersihkan permukaan yang terlihat pada obyek permukaan benda. Baru disinfektasi dilakukan," kata Arif dalam jumpa pers yang digelar Gugugs Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 di Gedung BNPB Jakarta, Sabtu.
Dia mengingatkan setelah disinfeksi dilakukan adalah tidak kalah penting perlu menanamkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti rajin mencuci tangan dengan sabun serta membuat sanitasi yang baik.
Apabila disinfeksi sudah dilakukan tetapi PHBS tidak diterapkan dan sanitasi buruk, kata dia, maka proses pembersihan mikroorganisme itu tidak akan efektif karena dapat kembali hadir baik karena pertumbuhan atau ada pembawa yang menempelkannya.
Baca juga: Ada pegawai positif COVID-19, BNI tingkatkan sanitasi lingkungan kerja
Alasannya, lanjut dia, setelah disinfeksi dilakukan tetap akan ada ancaman mikroorganisme seperti di benda-benda mati akan sering dipegang tangan banyak orang dan bisa terkena percikan droplet bersin atau batuk.
"Ada satu hal yang perlu diketahui yaitu sanitasi. Apapun lingkungannya tidak efektif jika sanitasi tidak baik. Pada benda mati itu tidak terlihat jika menjadi tempat melekat mikroorganisme, saling menempel tangan atau droplet," kata dia.
Arif mengatakan inti dari disinfeksi adalah menghilangkan mikroorganisme baik melalui proses fisika atau kimia. Disinfeksi merupakan upaya membunuh mikroorganisme dari benda mati dengan disinfektan.
Menurut dia, terdapat perbedaan jika disinfeksi itu menggunakan antispetik yang fungsinya menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.
Baca juga: DMI imbau masjid jaga sanitasi hindari COVID-19
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020