"Sudahlah kita berhenti mencari kambing hitam, kenapa tidak bilang aku yang salah, lalu kita bikin lebih baik," katanya, di Magelang, Jateng, Sabtu (4/4) petang.
Ia menyatakan kemungkinan banyak penyebab atas musibah yang mengakibatkan lebih dari seratus orang tewas dan puluhan lainnya belum ditemukan itu.
Menurut dia, perlu adanya penelitian yang mendalam terhadap kondisi tempat itu.
"Kita lihat geologinya seperti apa di daerah itu, dari segi patahan ada tidak, sumber mata airnya, berapa debit air, kita petakan, dalam beberapa dekade kita punya pola curah hujan, dari situ kita bilang bagaimana bentuk yang ideal, tapi itu dari segi teknologi," katanya.
Ia berpendapat, persoalan mendasar atas lokasi itu terletak pada penyebutan Gintung sebagai suatu situ yang artinya danau.
Padahal, katanya, tempat itu buatan manusia dan bukan terbuat dari proses alam.
"Layakkah namanya situ padahal itu buatan kita, mestinya bendungan, kalau danau kesannya tempat wisata, tidak ada ancaman, tapi kalau kita bilang bendungan, ada potensi ancaman, masyarakat akan memerlakukan berbeda," katanya.
Pada kesempatan itu ia juga mengutip pernyataan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, belum lama ini bahwa membangun adalah suatu pekerjaan tersendiri yang harus ditindaklanjuti dengan pemantauan secara terus menerus.
Antisipasi terhadap kemungkinan sewaktu-waktu terjadi kerusakan atas hasil pembangunan, katanya, harus dilakukan.
"Membangun adalah satu hal, tetapi tidak kalah penting bagaimana melakukan pemantauan terus menerus sehingga antisipasi kerusakan-kerusakan yang kecil bisa kita lakukan," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009