Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan, cadangan devisa pada akhir triwulan I 2009 (akhir Maret) mencapai 54,8 miliar dolar AS, meningkat 4,23 miliar dolar AS dibandingkan Februari yang mencapai 50,564 miliar dolar AS.

"Itu (peningkatan cadangan devisa) sebagian dari utang, sebagian dari masukan ekspor minyak dan lainnya. Utang itu dari pinjaman global yang masuk, juga dana migas (minyak dan gas) yang masuk langsung ke BI," katanya di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, posisi tersebut setara dengan 5,9 bulan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Menurut dia, BI memperkirakan neraca pembayaran akan surplus 3,5 miliar dolar AS pada triwulan I 2009. Hal ini terutama karena adanya ekspor dari sektor komoditas.

"Volume ekspor beberapa komoditas unggulan seperti minyak sawit dan tembaga tetap menunjukkan kinerja positif, sedangkan manufaktur menurun seiring melemahnya permintaan global," katanya.

Pihak BI sebelumnya mencatat, utang swasta 22,5 miliar dolar AS itu terdiri dari utang yang dilakukan perusahaan sebesar 17,4 miliar dolar AS (sudah termasuk bunga sebesar 2 miliar dolar AS) dan trade financing (pembiayaan perdagangan) sebesar 5,2 miliar dolar AS berupa bankers acceptance dan trade credits.

Catatan BI menunjukkan, 31 persen di antaranya perusahaan berutang kepada perusahaan induknya. Sedangkan 57 persen perusahaan yang berutang merupakan perusahaan asing atau perusahaan patungan dengan asing, sehingga kemungkinan untuk perpanjangan disetujui lebih besar. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009