Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pesatnya penularan virus Corona baru (COVID-19) ke seluruh dunia telah membuat kepanikan di pelaku pasar keuangan global dan pemilik modal, yang turut menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah.
Perry, dalam telekonferensi pers usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Bogor, Jumat, mengatakan kepanikan di pasar keuangan global telah membuat para investor melepas asetnya dan berburu dolar AS. Hal itu yang membuat kurs dolar AS semakin perkasa, dan sebaliknya rupiah tertekan karena aset-aset berdenominasi rupiah ditinggalkan.
“Memang investor dan pelaku pasar global melepas semua aset-asetnya yang mereka miliki apakah saham, apakah obligasi, emas, dan mereka menjualnya dalam bentuk dolar AS, sehingga di seluruh dunia terjadi pengetatan dolar di pasar keuangan global. Dalam konteks itu memang Indonesia juga terkena. Kita tidak sendiri, seluruh negara mengalami hal sama," jelas Perry.
Baca juga: Rupiah Jumat siang merosot, tembus di atas Rp16.000 per dolar
Perry menekankan bahwa tekanan terhadap pasar keuangan saat ini berbeda dengan tekanan di era krisis global pada 1998 dan 2008.
“Yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan 1998 atau 2008. Sekarang yang terjadi adalah kepanikan seluruh pasar keuangan global,” ujarnya.
Upaya BI
Perry mengatakan BI juga terus berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, baik melalui intervensi di pasar spot, intervensi Domestik NDF dan juga pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas oleh investor asing.
“Kami terus melakukan ini, di tengah-tengah investor global memang menarik dananya dari seluruh negara, (dan) membelikan dollar AS, termasuk dari Indonesia. Kami akan terus berada di pasar, menjaga pasar, dan memastikan fungsi mekanisme pasar melalui tiga intervensi yaitu spot, domestik NDF, dan melalui pembelian SBN dari pasar sekunder,” ujar Perry.
Baca juga: Presiden Jokowi: Saya minta BI terus fokus jaga nilai tukar rupiah
Hingga saat ini, ujar Perry, BI telah membeli SBN dari pasar sekunder sebesar Rp163 triliun. Pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, maupun imbal hasil di SBN.
BI juga mendorong agar dunia usaha termasuk para eksportir turut membantu menjaga nilai tukar rupiah, dengan tidak menahan dolar AS. Eksportir dapat melepas dolar AS ke pasar sehingga memberikan pasokan di pasar valuta asing.
“Oleh karena itu dalam konteks ini Presiden memberikan arahan supaya seluruh potensi suplai yang ada di dalam negeri dimobilisasi termasuk para eksportir yang selama ini menahan dolarnya, agar juga memberikan suplai kepada pasar valas,” ujarnya
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020