AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Mei naik 4,25 dolar AS dari penutupan Rabu, menjadi 52,64 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah jenis "Brent North Sea" untuk penyerahan Mei, melesat naik 4,31 dolar AS menjadi dututup pada 52,75 dolar AS per barel.
"Hari ini G-20 dipandang positif, namun juga perubahan peraturan akuntasi di AS dan kenaikan tajam pasar-pasar saham," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.
Para investor menyambut baik keputusan oleh para pemimpin kelompok 20 negara berkembang dan maju dalam KTT satu hari di London, untuk bekerjasama memerangi resesi global dan memperbaiki regulasi keuangan.
Pasar-pasar menguat didukung oleh hidupnya kembali optimisme bahwa pemulihan ekonomi mulai terlihat, mengangkat tinggi harga minyak di tengah prospek "rebound" (berbalik naik) pada permintaan energi.
Saham-saham Wall Street juga didorong oleh sebuah keputusan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (Financial Accounting Standards Board) independen yang memberikan kesempatan kepada bank-bank ruang untuk bernapas atas kerugian dari sektor perumahan yang hancur, melalui perubahan aturan yang telah mewajibkan kerugian dibukukan segera.
FASB memilih untuk mengubah apa yang disebut "mark-to-market" standar akuntansi, yang bertujuan untuk lebih transparan dalam laporan keuangan.
Minyak mentah berjangka juga mendapat dukungan dari keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menurunkan suku bunganya ke rekor terendah -- yang dapat membantu mengangkat permintaan untuk energi.
"Pasar berpikir keburukan di belakang kami, dan kami sedang menghadapi pemulihan pada akhir tahun, awal tahun depan," kata Fitzpatrick.
Meluasnya resesi ke seluruh dunia telah mengganggu permintaan energi dan menyeret harga minyak jatuh dari ekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel pada Juli lalu.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproduksi 40 persen dari minyak mentah dunia, Kamis mengatakan, pihaknya menerima harga minyak mentah di kisaran 40 hingga 50 dolar AS per barel, di tengah penurunan ekonomi saat ini.
"Tahun 2009 adalah tahun tersulit yang akan dihadapi dunia sepanjang sejarah," kata Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri dalam sebuah konferensi pers di Paris.
"Dengan harga 40-50 dolar AS, kemungkinan kami dapat hidup untuk 2009," kata dia, tapi menambahkan: "Kami tidak sengan hidup dengan 50 dolar AS."
Ke-12 negara anggota OPEC menyepakati penurunan produksi 4,2 juta barel per hari mulai September dalam upaya menahan penurunan harga minyak.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009