Kabul (ANTARA News/AFP) - Serangan udara militer menewaskan 20 militan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, setelah bentrokan darat antara pasukan dan gerilyawan, kata seorang jurubicara pasukan pimpinan AS, Kamis.
Militer menyatakan, puluhan militan yang bersenjatakan granat roket dan senapan ringan menyerang pasukan asing dan Afghanistan yang melakukan patroli dengan jalan kaki di Helmand, yang merupakan ajang kegiatan Taliban, pada Rabu.
Pasukan melepaskan tembakan balasan dan musuh mundur dan menyatukan diri lagi.
Setelah dipastikan bahwa tidak ada warga sipil di daerah itu, "serangan dengan ketepatan tinggi dilakukan untuk menetralisir musuh", kata militer dalam sebuah pernyataan.
"Informasi yang kami peroleh menyebutkan bahwa seluruh 20 militan tewas dalam serangan dengan ketepatan tinggi itu," kata seorang jurubicara militer AS kepada AFP dalam pesan email.
Gerilyawan-gerilyawan itu tewas di distrik Kajaki, kata militer, yang menekankan bahwa tidak ada prajurit Afghanistan dan koalisi tewas dalam pertempuran tersebut.
Senin, 30 gerilyawan yang terkait dengan Taliban tewas dalam operasi polisi di provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan, kata kementerian dalam negeri.
Pemberontakan Taliban tahun lalu mencapai tingkat paling mematikan sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan pemerintah mereka, dan Washington belum lama ini mengumumkan sebuah strategi baru yang dirancang untuk mengalahkan kelompok itu dan menstabilkan negara yang rapuh itu.
Sekitar 5.000 orang, termasuk lebih dari 2.100 warga sipil, tewas dalam kekerasan tahun lalu saja di Afghanistan, menurut PBB.
Sasaran utama strategi baru AS yang diumumkan Presiden Barack Obama untuk Afghanistan adalah mengalahkan militan Al-Qaeda di negara itu dan di Pakistan yang katanya sedang merencanakan serangan-serangan baru terhadap AS.
Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.
Pemerintah baru AS berencana mengirim 17.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.
Jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai lebih dari 70, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.
Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009