New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah merosot pada Rabu waktu setempat, karena Departemen Rnergi AS (DoE) melaporkan kenaikan tak terduga persediaan bahan bakar minyak (BBM) di negara konsumen energi terbesar tersebut, mencerminkan melemahnya permintaan, kata para dealer.
AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Mei, turun 1,27 dolar dari penutupan pada Selasa, menjadi 48,39 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Mei, turun 79 sen menjadi 48,44 dolar AS per barel di InterContinental Exchange.
DoE pada Rabu mengatakan, bahwa stok bensin atau bahan bakar minyak naik 2,2 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan proyeksi para analis turun 1,1 juta barel.
Data tiba sebelum bulan depan awal dari musim mengemudi di AS, ketika permintaan tahunanuntuk bensin di AS biasanya pada level tertinggi, karena orang Amerikan bepergian untuk libur musim panas.
Ditambah lagi, departemen melaporkan bahwa stok minyak mentah AS naik 2,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Maret, dibandingkan dengan proyeksi naik 2,6 juta barel.
Para analis mengatakan, data tidak mendukung harga.
"Apa pun anda lihat itu, itu laporan yang sangat bearish," kata James Williams dari WTRG Economics. "Konsumsi turun dan persediaan naik."
"Disana lebih besar pasokan daripada permintaan, ini tipikal dari resesi. Ini periode permintaan rendah."
Phil Flynn dari Alaron Trading mengatakan di sana "pasokan berlimpah" untuk minyak mentah.
"Kami melihat perlunya penurunan pasokan, melalui pemangkasan produksi lebih banyak lagi oleh OPEC," kata dia.
Hussein Allidina dari Morgan Stanley Research mengatakan, pasar saat ini "jelas masih kelebihan pasokan meski OPEC telah berupaya dengan baik."
Ke-12 negara anggota kartel OPEC menyepakati penurunan produksi 4,2 juta barel per hari dari September tahun lalu, dalam sebuah upaya untuk menahan jatuhnya harga minyak.
Barclays Capital Research mengatakan harga minyak sedang memasuki sebuah kuartal baru dengan dibanjiri volatiltas tajam.
"Akan tetapi, kami memperkirakan bahwa ayunan kuartal ini kemungkinan menjadi cenderung meningkat."
Ditambah, data mingguan AS terakhir menunjukkan sebuah pergantian lanjutan komposisi dari cadangan minyak mentah menjadi produk minyak, terutama minyak disel.
Meluasnya resesi seluruh dunia telah mengganggu permintaan energi dan memangkas harga minyak dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli tahun lalu.
Para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Barack Obama akan bertemu di London pada Kamis, untuk sebuah Konferensi Tingkat Tinggi dari Kelompok 20 (G-20) ekonomi kaya dan berkembang untuk membicarakan tindakan mengatasi krisis ekonomi global terburuk sejak 1930-an.
"Jika anda melihat ekonomi global, anda tidak akan melihat suatu sinyal meyakinkan bahwa pasar telah berpaling dari sebelumnya," kata Jason Feer, manajer umum pasar energi Asia Pacifik, Argus Media.
Bank Dunia, Selasa mengatakan, ekonomi global kemungkinan menyusut 1,7 persen pada tahun ini, merupakan penurunan pertama sejak Perang Dunia II.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009