Jakarta (ANTARA News) - Pameran "Mosques in Germany" yang diselenggarakan Universitas Paramadina bekerja sama dengan Goethe Institut merupakan pembelajaran bagi kaum mayoritas dan minoritas untuk hidup berdampingan secara damai, kata Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh di Jakarta, Rabu.
"Pameran ini merupakan diplomasi budaya dan pembelajaran kepada kaum mayoritas dan minoritas di mana pun berada perlu hidup damai dan saling menghormati," kata Menteri Nuh seusai acara pembukaan pameran itu di aula Nurcholis Majid Universitas Paramadina.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Duta Besar Jerman untuk Indonesia Baron Paul von Malthzahn, rektor Universitas Paramadian Dr. Anies Baswedan, Direktur Goethe Institut Franz Xaver Augustin dan fotografer Wilfried Dechau.
Lebih jauh Menkominfo mengatakan masih ada minoritas yang merasa agak berat hidup di negara-negara karena mayoritas berbeda agama.
"Karena itu mayoritas dan minoritas harus saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai di mana pun berada," ujarnya.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan Islam tumbuh berkembang di berbagai negara Eropa, termasuk Jerman, membutuhkan toleransi dari mayoritas warga Eropa yang bukan Muslim.
"Tanpa perlindungan bagi minoritas, Muslim akan kesulitan menjalankan agamanya dengan baik," katanya.
Anies mengharapkan pameran yang berlangsung pada 1-14 April ini membuka "wawasan kita untuk makin menerima kebhinekaan dan kehidupan multi-budaya."
Menurut dia, pameran 64 foto masjid di Jerman ini menunjukkan pentingnya untuk melihat situasi sebuah negara dari perspektif warga minoritas.
Sekarang ini sekitar 206 masjid dan 2.600 mushala berdiri di negara itu, sebagian di antaranya sudah ada sejak tahun 70-an. Masih 120 masjid sedang dibangun atau masih dalam perencanaan.
Wilfred Dechau tertarik dengan kehadiran masjid-masjid itu yang tersebar di berbagai kota besar Jerman seperti Munchen, Aachen, Stuttgart dan memotretnya tahun lalu.
Foto-foto tersebut memperlihatkan jamaah shalat Jumat, para imam, anak-anak dan arsitektur serta disain interior masjid.
Dubes Baron paul von Malthzahn menyatakan pameran ini membuka ruang untuk dialog agama antara Indonesia dan Jerman, dan menjadi dasar untuk diskusi yang lebih mendalam.
"Saya senang sekali bahwa pameran Masjid di Jerman sejarang dapat dilihat di Indonesia dan berharap nantinya akan ada pameran foto mengenai Gereja di Indonesia di Jerman," katanya.
Pameran ini juga akan dilengkapi dengan diskusi "Peran islam di Jerman: Sejarah Masa Kini dan Masa Depan" pada 15 April nanti dengan pemebiecara Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Direktur Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Universitas Leipzig Prof. Dr. Monika Wohlrab-Sahr dan Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Dr. Budi Hardiman.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009