Jakarta (ANTARA News) - Singapura sengaja menyembunyikan penyebab kematian David Hartono Widjaja --mahasiswa asal Indonesia-- yang sedang kuliah pada semester akhir di Universitas Teknologi Nanyang (NTU/ Nanyang Technology University).

Kakak kandung almarhum, William Hartono Widjaja, menyampaikan hal ini dalam jumpa pers untuk menjelaskan sejumlah kejangggalan kematian adiknya di Jakarta, Rabu.

"Pihak yang menyembunyikan informasi kematian itu adalah pengelola kampus NTU dan kepolisian Singapura," kata William

NTU adalah perguruan tinggi milik pemerintah Singapura dan masuk dalam 50 perguruan tinggi terbaik dunia.

"Ada sejumlah kejanggalan terkait dengan kematian adik saya yang sengaja disebarkan oleh NTU untuk menutupi kasus ini," katanya.

Penjelasan Rektor NTU, Su Guaning bahwa David meninggal dunia pada 2 Maret 2009 karena bunuh diri menurut pihak keluarga korban sangat tidak masuk akal.

NTU menyebutkan, David sempat menusuk dosen pembimbingnya Prof Chan Kap Luk sebelum melompat dari gedung empat untuk bunuh diri.

"Keterangan itu disampaikan enam jam setelah kematian adik saya. Penjelasan ini sangat janggal. Visum saja belum ada kok sudah memberikan penjelasan seperti itu," ujarnya.

Ia mengatakan, larangan polisi Singapura kepada keluarga untuk melihat jenasah David sebelum dikremasi juga membersitkan tanda tanya dari pihak keluarga.

"Adik saya dibilang menusuk dosen pembimbingnya Prof Chan dari belakang. Ini tidak masuk akal, sebab tidak ada tanda darah di lokasi selain kursi prof (profesor) itu tinggi sehingga tidak mungkin ditusuk dari belakang," ujarnya.

William menyanggah tuduhan bahwa David sempat mengiris tangan Prof Chan karena tidak mungkin orang mau bunuh diri dengan terlebih dulu berulah terhadap orang lain.

"Biasanya, orang bunuh diri ya langsung saja bertindak. Kalau mau lompat ya langsung lompat saja. Mana ada mau lumpat kok melukai tangan orang lain," katanya.

Keterangan polisi Singapura bahwa pisau yang dipakai David telah patah gagangnya juga dianggap aneh padahal pisau itu menjadi bukti penting pengusutan kasus ini.

Oleh karena itu, keluarga menyakini David dibunuh, apalagi seorang saksi telah menguatkan dugaan ini.

"Adik saya dibunuh dulu, baru dilempar ke luar. Adik saya tidak melompat tapi sengaja dilempar lalu jatuh," katanya seraya menunjuk luka pada leher David yang mengindikasikan ada pembunuhan dalam kasus ini.

William mengharapkan hasil visum atas adiknya itu segera diketahui dengan cepat dan tidak harus menunggu sebulan.

"Visum kok sebulan. Di sini saja visum bisa kelar tiga hari. Tanggal 2 April 2009 besok adalah satu bulan kematian adik saya. Ini berarti visum harus selesai," katanya.

William juga menyayangkan kurangnya peran pemerintah Indonesia dan KBRI di Singapura.

"Pemerintah cuma memantau dan menunggu saya. Harusnya, pemerintah Indonesia menekan Singapura untuk mengusut kasus ini," katanya seraya menyebut respon polisi Indonesia mengecewakan kendati dia sudah dua kali mendatangi Polri.

"Dari Mabes Polri kami diminta datang ke Deplu tapi Deplu malah mempertanyakan kenapa tidak ke Mabes Polri," ujarnya.

Seorang blogger yang serius mengamati kasus David, Iwan Piliang atas persetujuan keluarga David akan melakukan investigasi kasus ini bersama sejumlah rekannya.

Menurut Iwan, kematian David terkait dengan riset yang tengah dikerjakan almarhum yang bertemakan kamera tiga dimensi memiliki nilai ekonomi dan diduga terkait dengan kepentingan Singapura.

"Saya akan menverifikasi kematian David lewat risetnya. Akhir pekan ini, saya mau ke Singapura untuk menggali informasi soal ini," katanya. (*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009