"Dalam waktu dekat akan dilakukan suatu naskah kerjasama kedua negara untuk bidang teknologi militer. China akan membantu pengembangan teknologi militer kepada Indonesia," kata Direktur Analisa Lingkungan Strategis (Diranlingstra) Dephan Brigjen TNI Subekti, di Beijing, Rabu.
Hal tersebut dikemukakan ketika menghadiri Dialog Perwira Tinggi Pertahanan China-ASEAN yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan MIliter (AMS) China dan dihadiri antara lain oleh Atase Pertahanan RI di Beijing Kolonel Infantri Yayat Sudrajat serta sejumlah perwira tinggi mililer China dan ASEAN, pada 30 Maret-2 April 2009.
Menurut dia, dalam kerjasama itu diharapkan pihak China bisa membantu mengembangkan teknologi yang ada di PT Pindad, PT PAL Indonesia, serta PT Dirgantara Indonesia untuk menghasilkan teknologi militer kelas menengah keatas.
Bukan saja kerjasama memproduksi teknologi militer, katanya, tapi dalam kerjasama nanti juga akan diupayakan kemungkinan China ikut memasarkan produk-produk militer yang dihasilkan oleh Indonesia.
"Kerjasama tidak saja di bidang teknologi tapi juga pemasaran terhadap produk yang dihasilkan dari kerjasama militer antara Indonesia dengan China," katanya.
Indonesia menilai bahwa kemajuan teknologi militer China saat ini sudah bisa disejajarkan dengan teknologi militer barat, sehingga upaya kerjasama teknologi akan terus diupayakan.
Bentuk kerjasama ini, kata Subekti, juga sangat penting sebagai upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan negara-negara barat di bidang teknologi militer.
"Kita lihat saja berapa banyak pesawat tempur kita yang tidak bisa terbang karena adanya larangan pengiriman suku cadang pesawat dan ini tentu sangat merugikan kita. Dengan China, negara itu sama sekali tidak mempersyaratkan apa-apa untuk rencana pembelian perlengkapan militernya," kata Brigjen TNI Subekti.
Mengenai kerjasama militer kedua negara, dia mengatakan bahwa selama ini kedua negara telah menjalin jauh berbagai bentuk kerjasama pertahanan dan keamanan, antara lain dengan saling tukar menukar perwira militer untuk mengikuti pendidikan ke masing-masing negara.
Rencana penandatanganan naskah kerjasama bidang teknologi militer, katanya, merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama pertahanan dan keamanan antara Menhan RI Juwono Sudarsono dengan Menhan China (saat itu) Cao Gangchuan, di Beijing, pada 7 November 2007.
Penandatanganan itu juga merupakan tindak lanjut dari Kerjasama Strategis yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu JIntao, April 2005, di Jakarta.
Kerjasama di berbagai bidang pertahanan itu, diantaranya mencakup kerjasama di bidang kelembagaan, kerjasma di bidang teknologi, serta bidang pendidikan dan latihan.
Dalam kerjasama itu juga dimungkinkan adanya pembelian senjata yang masuk dalam bidang kerjasama bidang teknologi termasuk pembelian dan penjualan senjata untuk militer. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009