Beijing (ANTARA News) - Cina secara tegas membantah melakukan mata-mata komputer seperti dituduhkan sejumlah pihak dan menyebut tuduhan itu kebohongan, kata pejabat tinggi Cina.
"Cina melakukan mata-mata komputer di dunia adalah bohong dan tuduhan itu merupakan upaya menodai Cina sebagai kekuatan raksasa di Asia," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri Cina Qin Gang dalam keterangan pers berkala di Beijing pada Selasa.
Dikatakannya, sejumlah pihak di luar Cina melakukan kebohongan dengan menyebutkan Cina melakukan mata-mata komputer.
Pihak tersebut, katanya, berupaya menodai Cina dengan sejumlah kebohongan tak berdasar.
Cina, katanya, bahkan selalu menentang berbagai bentuk tindak kejahatan di internet, termasuk di antaranya pembajakan ke komputer ke komputer lain.
"Sikap `perang dingin` diarahkan ke Beijing ketika dinyatakan bahwa kemajuan Cina sebagai kekuatan dunia merupakan ancaman antarbangsa," kata Qin Gang tegas.
Ia menyatakan kebohongan itu bukan yang pertama diarahkan ke Cina, yang selama ini dituduh sebagai sumber serangan komputer.
Beberapa peneliti Kanada membongkar gerakan luas mata-mata elektronik, yang menyusup ke komputer dan mencuri dokumen dari kantor pemerintah serta swasta di seluruh dunia, termasuk dokumen milik Dalai Lama.
Dalam laporan kepada suratkabar, kelompok dari Munk Center for International Studies di Toronto menyatakan sedikit-dikitnya 1.295 komputer di 103 negara dalam waktu kurang dari dua tahun oleh sistem mata-mata, yang disebutnya GhostNet.
Kedutaanbesar, kementerian luar negeri, kantor pemerintah dan pusat pengasingan pemimpin Tibet, Dalai Lama, di India, Brussels, London dan New York termasuk di antara yang diterobos, kata peneliti tersebut, yang menjejaki kegiatan mata-mata komputer beberapa waktu lalu, sebagaimana dilaporkan "New York Times" pada Sabtu (28/3).
Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa komputer secara eksklusif berpusat di Cina "bertanggung jawab atas penerobosan itu", meskipun mereka tak mengatakan pemerintah Cina terlibat dalam jaringan tersebut, yang mereka gambarkan tetap bergiat.
Sistem tersebut dipusatkan pada pemerintah di negara Asia selatan dan Asia tenggara serta di kantor Dalai Lama, kata peneliti itu, yang menambahkan bahwa semua komputer di Kedutaanbesar India di Washington juga disusupi dan satu komputer NATO dipantau. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
Di Jakarta kan ada dubes China di NKRI yaitu diantaranya Didi Dawis, Alim Markus, Murdaya Poo, Anthoni Salim dst
Sayangnya Pemerintah longgar pengawasannya, BIN mungkin tidak mampu?