semata untuk kepentingan memberikan perlindungan agar tidak menularkan pada yang lainJakarta (ANTARA) - Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr HM Asrorun Niam Sholeh MA mengatakan pro dan kontra di tengah masyarakat terkait suatu fatwa yang dikeluarkan dipicu oleh kesalahpahaman serta parsialitas dalam memahami fatwa itu sendiri.
"Fatwa ini ada sembilan diktum yang merupakan satu kesatuan," kata dia Gedung BNPB Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan fatwa nomor 14 tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi wabah virus corona harus dipahami masyarakat secara menyeluruh atau keseluruhan poinnya.
Setelah fatwa nomor 14 tahun 2020 diterbitkan pada Senin (16/3), kemudian Selasa (17/3) MUI melakukan evaluasi dan rapat secara dalam jaringan (daring) yang diikuti oleh 37 peserta dan pimpinan menilai di tengah masyarakat ada kesalahpahaman.
"Yang perlu dipahami, ada kondisionalitas terkait personal dan kondisionalitas terkait kawasan," katanya.
Baca juga: MUI : Kesehatan harus dijaga, jangan menjerumuskan pada kebinasaan
Ia mengatakan kondisionalitas terkait personal dan kondisionalitas terkait kawasan perlu dipahami. Seseorang yang sudah positif terkena virus corona maka tidak boleh berada di komunitas publik termasuk untuk kepentingan ibadah.
Hal tersebut termasuk saat orang yang sudah terpapar virus ingin melakukan kegiatan ibadah di masjid atau tempat ibadah lainnya yang bersifat publik. Namun, Bukan berarti meniadakan ibadah, katanya.
"Tetapi semata untuk kepentingan memberikan perlindungan agar tidak menularkan pada yang lain," ujar dia.
Sementara, apabila ada orang yang dalam posisi sehat dan berada di kawasan yang tingkat potensi penyebaran virus rendah, maka kewajiban pelaksanaan ibadah seperti shalat Jumat tetap dilaksanakan seperti biasanya.
Meskipun demikian, orang tersebut tetap memerhatikan protokol kesehatan, sosial dan protokol kehidupan bermasyarakat yang telah ditetapkan, tambahnya.
Untuk itu bagi orang yang sehat dan berada di kawasan penyebaran rendah tetap melaksanakan kegiatan ibadah dengan memerhatikan aspek kesehatan menjaga diri dan lingkungan agar potensi pemaparan tidak tinggi.
Baca juga: MUI tekankan pentingnya beribadah dan waspadai penyebaran COVID-19
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020