Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menegaskan demi mencegah penyebaran penyakit saluran pernafasan karena virus corona jenis baru (COVID-19), masyarakat harus patuh untuk menjaga jarak satu sama lain.

"Pertama, prioritas kita adalah mencegah penyebaran COVID-19 lebih luas lagi. Oleh sebab itu penting untuk dilakukan, yaitu mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain. Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk menjaga jarak atau 'social distancing' dan mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran COVID-19," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis.

Presiden Joko Widodo menyampaikan hal itu dalam rapat terbatas dengan topik "Laporan Tim Gugus Tugas COVID-19" yang dilangsungkan melalui "video conference" bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri kabinet Indonesia Maju, kepala lembaga terkait dan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo.

"Tiga hal ini penting untuk kita lakukan berulang-ulang, sekali lagi mengurangi mobilitas, menjaga jarak dan ketiga, mengurangi kerumuman orang yang membawa COVID-19"," ujar Presiden.

Karena itu kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah betul-betul harus bisa disampaikan terus.

"Sehingga betul-betul bisa dijalankan secara efektif di lapangan, tapi kita harus tahu juga bahwa yang tidak bekerja di rumah tentu tetap bekerja di lapangan dan di kantor dengan tetap saling menjaga jarak," ucap Presiden.

Kebijakan belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah juga jangan sampai dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk liburan.

"Saya lihat satu minggu kemarin di Pantai Carita, di Puncak lebih ramai dari biasanya sehingga ini akan memunculkan keramaian yang berisiko memperbanyak penyebaran COVID-19. Saya minta diterapkan secara ketat menjaga jarak atau 'social distancing' di area-area publik," ujar Presiden.

Area publik tersebut, termasuk fasilitas publik di bandara, pelabuhan, stasiun kereta api hingga terminal bus, untuk mengurangi penyebaran COVID-19.

"Saya juga mengajak lembaga-lembaga keagamaan, tokoh-tokoh agama untuk mencegah potensi penyebaran COVID-19 di kegiatan-kegiatan keagamaan. Kita harus mengevaluasi penyelenggaraan acara keagamaan yang melibatkan banyak orang," kata Presiden.

Hingga Rabu (18/3), di Indonesia tercata 227 kasus COVID-19 positif dengan 19 orang meninggal dunia dan tercatat sembuh 11 orang. Artinya rasio kematian pasien COVID-19 sebesar 8,4 persen.

Pasien positif COVID-19 tersebut tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Lampung, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Bali, Yogyakarta.

Hingga Kamis (19/3) pagi terkonfirmasi di dunia ada 219.238 orang yang terinfeksi virus corona dengan 8.967 kematian, sudah ada 85.742 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.928 kasus, di Italia 35.713 kasus, di Iran 17.361 kasus, di Spanyol 14.769, di Jerman 12.327 kasus.

Jumlah kematian tertinggi terjadi di China, yaitu 3.245 kematian disusul Italia sebanyak 2.978 kasus, dan Iran sebanyak 1.135 orang, Spanyol 638 orang. Saat ini sudah ada sekitar 123 negara yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020