Sementara Delegasi Republik Kroasia dipimpin Tamara Obradovic Mazal, State Secretary Ministry of Economy, Labour and Entrepreneurship, kata Octavino Alimuddin, Sekretaris I Ekonomi KBRI Budapest kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, rangkaian SKB terdiri dari Sidang Komisi Bersama yang diadakan sejak 27 Maret, pertemuan dengan perusahaan farmasi Imunoloski Zavod dan pertemuan dengan pengusaha Kroasia serta peninjauan ke galangan kapal di Rijeka, pada 29 Maret lalu.
Octavino Alimuddin mengatakan, Sidang Komisi Bersama diselenggarakan dalam format pertemuan pleno dan expert meeting mengenai kerja sama di bidang energi dan investasi.
Ketua Delegasi Kroasia menyampaikan potensi Kroasia antara lain pemanfaatan pelabuhan Rijeka untuk menembus pasar Eropa dan infrastruktur highways yang menghubungkan Kroasia dengan negara-negara di Eropa.
Ketua Delegasi Indonesia menyampaikan perkembangan situasi dalam negeri Indonesia di bidang politik dan ekonomi serta hubungan bilateral kedua negara.
Terkait krisis ekonomi global, disampaikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia hingga saat ini masih nisbi lebih baik dibanding negara-negara Eropa. Meski mengalami penurunan, proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2009 masih positif, yaitu antara 4-5 persen.
Disampaikan pula bahwa Indonesia dinyatakan oleh OECD sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, bersama dengan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Pihak Indonesia juga menyampaikan potensi Indonesia yang dapat dikembangkan dalam kerja sama ekonomi kedua negara antara lain bidang energi seperti minyak, gas, "hydro powerplant" dan geothermal (panas bumi).
Pada pembahasan tentang hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara, dicermati bahwa berdasarkan data Biro Pusat Statistik Indonesia, volume perdagangan RI-Kroasia cenderung meningkat, yakni dari 17,6 juta dolar AS tahun 2006 menjadi 29,5 juta dolar AS pada tahun 2007 dan pada Januari-November 2008 mencapai 39,5 juta dolar AS.
Namun, pihak Indonesia menyampaikan bahwa masih terdapat ruang yang cukup untuk meningkatkan perdagangan bilateral, mengingat hubungan perdagangan bilateral tersebut belum menunjukkan potensi yang sebenarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009