Pembuat kebijakan AS telah mengindikasikan kemungkinan negara itu memasuki resesi karena COVID-19.

Chicago (ANTARA) - Emas kembali jatuh pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor melepas kepemilikan emas untuk mengumpulkan uang tunai setelah langkah-langkah stimulus tambahan oleh Amerika Serikat gagal menenangkan pasar yang terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran atas penurunan ekonomi akibat COVID-19.

Kontrak emas paling aktif di Bursa Comex untuk pengiriman April jatuh 47,9 dolar AS atau 3,1 persen, menjadi ditutup pada 1.477,9 dolar AS per ounce. Emas berjangka sempat melonjak 39,3 dolar AS atau 2,64 persen menjadi menetap di 1.525,8 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Di pasar spot, emas merosot 2,7 persen menjadi diperdagangkan di 1.486,82 dolar AS per ounce pada pukul 14.28 waktu setempat (18.28 GMT).

"Emas terus menderita dari kepanikan penghindaran risiko (risk off) di pasar, diperdagangkan kembali di bawah level psikologis 1.500 dolar AS ketika S&P berjangka menyerahkan keuntungan yang didorong oleh stimulus," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan logam mulia di BMO, seperti dikutip oleh Reuters.

Baca juga: Emas 'rebound' 39 dolar, dipicu peningkatan permintaan 'safe haven'

"Likuiditas di sini, seperti di sebagian besar pasar, sangat terganggu dan kami perkirakan akan melihat volatilitas yang berkelanjutan, perubahan yang didorong oleh sentimen."

Meskipun sebagian besar analis percaya bahwa tekanan pada emas adalah karena aksi ambil untung dan penghimpunan uang tunai oleh lembaga-lembaga perdagangan ekuitas, beberapa analis memperingatkan bahwa penurunan harga emas bisa menjadi sinyal deflasi, yang mengindikasikan awal dari kemungkinan resesi.

Pembuat kebijakan AS telah mengindikasikan kemungkinan negara itu memasuki resesi karena COVID-19.

Indeks utama Wall Street merosot dan harga minyak terus berlanjut meluncur karena selera investor terhadap aset berisiko tetap lemah di tengah tanda-tanda kerusakan akibat virus corona yang meningkat pada ekonomi global.

Lebih lanjut membebani emas, indeks dolar melonjak mendekati tertinggi dalam tiga tahun.

Virus, yang sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 205.000 orang dan menewaskan lebih dari 8.200 di seluruh dunia, telah mendatangkan malapetaka di pasar global, ketika negara-negara di seluruh dunia masuk ke kuncian untuk mengendalikan penyebaran.

Federal Reserve AS pada Selasa (17/3/2020) mengatakan akan mengembalikan fasilitas pendanaan yang digunakan selama krisis keuangan 2008 untuk mendapatkan kredit langsung ke bisnis dan rumah tangga karena kekhawatiran krisis likuiditas akibat virus.

Pada Rabu, pemerintahan Trump meminta Kongres untuk menyetujui 500 miliar dolar pembayaran tunai kepada pembayar pajak dalam dua putaran yang akan dimulai 6 April.

"Emas akan tetap stabil selama beberapa sesi berikutnya saat investor menunggu untuk melihat apakah pemerintah Trump mampu dengan cepat meloloskan rencana stimulus besar-besaran," kata Edward Moya, seorang
analis pasar senior di broker OANDA, dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga emas Antam melonjak drastis Rp25.000/gram

Harga emas telah anjlok lebih dari 12 persen atau lebih dari 200 dolar AS sejak melonjak melewati 1.700 dolar AS per ounce minggu lalu, karena investor melepas emas untuk mendapatkan uang tunai guna memenuhi sebagai imbalan uang tunai dan untuk memenuhi margin calls (kerugian) di aset-aset lainnya.

Logam mulai lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 72,3 sen atau 5,79 persen, menjadi ditutup pada 11,772 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April jatuh 60,3 dolar AS atau 9,06 persen, menjadi menetap pada 605 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020