Surabaya (ANTARA News) - Pemukiman di seputar Situ Gintung, Tangerang, Banten, akan segera ditertibkan karena termasuk berada di zona berbahaya.

"Sekarang masih ada upaya pembersihan puing-puing bangunan dan pencarian korban hilang. Selanjutnya pemukiman di sekitar itu harus ditertibkan," kata Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto di Surabaya, Senin.

Menurut dia, pemukiman yang saat ini porak-poranda akibat jebolnya tanggul Situ Gintung itu merupakan kawasan berbahaya yang tidak boleh dihuni warga.

Namun dari waktu ke waktu bangunan rumah di sekitar kawasan itu semakin bertambah sehingga luasan Situ Gintung pun kian menyempit.

Ia menjelaskan, waduk Situ Gintung dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada era 1930-an untuk program irigasi.

"Makanya di situ ada spill way (pelimpahan air). Namun setelah areal persawahan di sekitarnya berubah jadi pemukiman, fungsi irigasi waduk Situ Gintung sudah tidak ada lagi," katanya saat ditemui di kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.

Kemudian situ itu pun dialihfungsikan menjadi areal konservasi. "Salah satunya juga berfungsi sebagai objek wisata. Makanya, di sekitarnya banyak warung," kata menteri.

Pada tahun 2008, Departemen PU sudah melakukan pengecekan di waduk itu. "Hasilnya, tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan fisik," katanya.

Menurut dia, jebolnya tanggul Situ Gintung yang menewaskan ratusan warga itu akibat hujan lebat di luar kebiasaan.

"Tanggul yang jebol itu memang terbuat dari tanah tidak ada perkerasan dari batu. Lama-lama tanggul itu mengalami erosi, sehingga ketika hujan bertambah deras, tanggul itu jebol," kata Djoko.

Kendati disebabkan faktor alam, lanjut dia, pihaknya tetap bertanggung jawab atas peristiwa jebolnya tanggul itu.

"Kami sudah gelar masalah itu dengan mengundang Komisi Keamanan Bendungan. Selain itu, kami sudah melakukan langkah-langkah darurat," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009