Jakarta (ANTARA News) - Saat Palestina digempur siang malam oleh tentara Israel, para anggota parlemen Liga Arab yang tengah berdiskusi di Kairo untuk membahas serangan Israel ke Gaza, saling serang dan memojokan.
Serangan Israel ke Gaza telah membuat dewan legislatif atau parlemen Liga Arab terpecah, demikian mingguan Mesir Al Ahram edisi terakhir.
Selama pertemuan yang diselenggarakan Liga Arab di Kairo para anggota legislatif Liga Arab saling perang kata-kata sementara sejumlah negara seperti Suriah menolak mengirimkan delegasi ke pertemuan itu.
Jassem El-Sakr, Ketua Parlemen Arab (dewan legislatif Liga Arab), mendesak negara-negara Arab untuk mengabaikan perbedaaan dan saling memahami dalam menanggapi serangan Israel ke wilayah Arab sambil menyebut Pakta Pertahanan Bersama Arab yang selama empat dekade beku mesti diaktifkan kembali untuk menghadapi agresi berulang Israel ke tanah Arab.
Parlemen Arab mendesak negara-negara Arab mengumpulkan lebih dari 35 juta dolar AS sebagai bantuan ekonomi kepada Palestina yang sedang terkepung dan mendesak dibentuknnya komite parlemen Arab untuk merekonstruksi Gaza.
"Kami mengimbau Mesir melanjutkan upaya-upaya itu atas dasar peran kepemimpinannya dan pengalamannya dalam soal itu," demikian bunyi pernyataan Parlemen Arab.
Namun delegasi lain menggunakan pertemuan itu untuk menyerang Mesir dengan menuduh Kairo bersekongkol dengan Israel menerapkan blokade ekonomi ke Gaza.
Ragab El-Towair, kepala delegasi Libya, menyayangkan Israel justru memprolamasikan perang terhadap Hamas di Kairo dan menyalahkan Mesir karena tidak membuka perbatasan Rafah - Mesir.
El-Sakr dan Mustafa El-Feki, Kepala Komisi Hubungan Luar Negeri, Mejelis Rakyat Mesir (DPR Mesir) bereaksi atas tuduhan itu dengan keluar dari ruang sidang.
El-Sakr mendesak Parlemen Arab tidak menggunakan pertemuan Liga Arab untuk memperlebar jurang perbedaan diantara Arab, sebaliknya segala upaya dikonsentrasikan untuk menghadapi Israel ketimbang saling menyalahkan.
El-Feki bahkan mengingatkan, kecaman berulang-ulang dari negara-negara Arab terhadap Kairo bisa membuat Mesir menarik diri dari Liga Arab.
Dia membela keputusan para pembuat kebijakan di Mesir dengan menyatakan mereka berusaha memelihara kontak baik dengan Hamas maupun Fatah demi mendekatkan dan rekonsiliasi kedua kelompok Palestina berselisih itu.
Mesir telah berbuat maksimal guna rekonsiliasi Palestina dan membuka pintu penyeberangan Rafah namun Palestina sendiri terpecah, kata El-Sakr yang lalu menyeru Fatah dan Hamas menanggapi positif prakarsa Mesir itu.
Sementara itu, dalam Majelis Syuro Liga Arab, Ketua Majelis yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Nasional (NDP) yang berkuasa di Mesir, Safwat El-Sherif, menuduh Hamas mengipasi rezim-rezim radikal Arab dengan mempertaruhkan nasib bangsa Palestina.
"Hamas telah memaksa rezim-rezim itu tidak menghadiri dialog rekonsiliasi Palestina atau pembaruan gencatan senjata enam bulan dengan Israel yang digagas Mesir yang akibatnya Gaza menjadi target serangan barbar Israel," kata El-Sherif.
Para pemimpin Hamas yang mengundang malapetaka di Gaza seharusnya jangan menyalahkan Mesir atas kekeliruan mereka dan demi apa yang menjadi ulahnya sendiri."
El Sharif menolak penunjukkan Nabil Louqa Bibawi sebagai anggota dewan syuro Liga Arab mewakili Palestina karena menganggap penunjuknya Khaled Mashaal yang memimpin Hamas sebagai agen Iran.
"Mashaal tinggal di sebuah hotel mewah di Damaskus, alih-alih pergi ke Gaza untuk memerangi Israel di sana," kata anggota Dewan Syuro Ahmed Abdel-Halim.
Ahmed menuduh Mashall hidup dalam kemewahan di bawah penderitaan rakyatnya di satu hotel bintang lima di Damaskus dan melancarkan kritik pedas terhadap Mesir.
Abdel-Halim juga menyerang pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dengan menyebut, sebaiknya Nasrallah menyerang Israel dari Lebanon daripada menghabiskan energi dengan mengkritik Mesir.
Mohamed Ragab, juru bicara NDP di Mejelis Syuro, mengingatkan bahwa pembukaan Rafah akan menciptakan malapetaka keamanan besar.
"Baik Israel maupun Hamas berusaha mengekspor masalah Gaza ke Mesir," kata Ragab yang juga menuduh Iran dan Suriah telah memobilisasi protes jalanan di Kedutaan Besar Mesir di Beirut dan Damaskus.
Menteri Kesehatan Mesir Hatem El-Gabali menuduh Hamas mengeksploitasi pembantaian Israel di Jalur Gaza untuk tujuan-tujuan politik.
"Mereka meraih tujuan-tujuan melalui saluran media massa dan dengan taruhan penderitaan rakyat Palestina," kata Menteri Mesir yang selama tiga hari pertama serangan Israel ke Hamas telah melarang rumah sakit-rumah sakit Mesir merawat korban-korban serangan Israel di Gaza.
Namun kalangan oposisi Mesir sendiri, diantaranya Nagi El-Shehabi, ketua Partai Geel (Generasi), mendesak Mesir mengusir Duta Besar Israel dari Kairo. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
pada masanya nanti,seluruh bangsa di dunia akan membunuhi orang-orang yahudi dengan sangat hebat, dan ini pun sudah terjadi, apakah akan terjadi lagi pembantaian terhadap orang-orang yahudi ini? kita tunggu saja.
orang-orang yahudi ini sedang menebar kebencian diseluruh dunia,mereka tidak memikirkan nasib kaumnya dibelahan dunia lain maupun pada generasi yg akan datang.
Nggak ada ! Pemerintah Palestina nggak membela Hamas !
Kenapa nggak bela Hamas ?
Makanya baca & pelajari !
Jangan asal njeplak aja !
Masyarakat muslim Palestina di Tepi Barat aja nggak bela Hamas, kok orang Indonesia pada daftar jihad ke sana. Pakai otaknya, jgn cuma sok tahu . . . . .
Percuma punya Liga Arab, Liga Arab akan tampil jika dipindahkan kantor dan Sekjennya dari Mesir.
Semoga Allah memberi kemenangan bagi Gaza
ANDALAH YG PERTAMA DI TANYA DI HARI KIAMAT! KARENA ANDA PEWARIS TANAH SUCI RUMAH ALLAH S.W.T.