Tokyo (ANTARA News/AFP) - Sekelompok pakar peluru kendali Iran berada di Korea Utara untuk membantu Pyongyang menyiapkan peluncuran roket, kata suratkabar Jepang "Sankei" pada Minggu.
Korea Utara menyatakan akan meluncurkan satelit perhubungan di angkasa utara Jepang antara 4 hingga 8 April dan laporan itu mengatakan bahwa perutusan 15 orang Iran itu berada di negara tersebut sejak awal bulan ini.
Kelompok itu termasuk pejabat tinggi pembuat satelit dan roket Iran Kelompok Industri Shahid Hemmat, kata harian tersebut, mengutip keterangan sumber tak dikenali.
Warga Iran itu membawa surat dari Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il, menekankan kepentingan kerja sama dalam teknologi antariksa, tambahnya.
Amerika Serikat dan sekutu Asia-nya mencurigai Korea Utara memakai peluncuran itu sebagai kedok untuk uji peluru kendali jarak jauh.
Korea Utara dan Iran ditekan Barat atas kegiatan nuklir mereka dan dikabarkan menjalin hubungan erat dalam hal teknologi perluru kendali.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon kembali menyatakan keprihatinan mendalam atas rencana Korea Utara meluncurkan roket pada awal bulan depan, kata berita di Seoul pada Minggu.
Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang dilaporkan sepakat mengajukan Korea Utara ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa jika tetap melakukan peluncuran.
Ban, yang mengunjungi Moskwa untuk menghadiri mukmatar antarbangsa tentang Afganistan, mengatakan kepada wartawan bahwa peluncuran peluru kendali oleh Korea Utara berakibat langsung pada perdamaian dan ketenangan di Asia timurlaut.
Ban membuat pernyataan sama di dalam juma pers badan dunia itu di New York pada 12 Maret. Ia mengatakan sangat prihatin mengenai rencana Korea Utara meluncurkan yang dinyatakan Pyongyang satelit tersebut.
Pada awal Maret, Korea Utara mengingatkan badan bahari dan penerbangan dunia berkaitan dengan rencananya meluncurkan roket, yang akan mengirimkan satelit perhubungan ke orbit antara 4-8 April.
Korea Utara menyatakan berhak mengembangkan kegiatan kedirgantaraan untuk kepentingan damai, sementara Seoul, Washington dan Tokyo mencurigai peluncuran itu hanyalah kedok untuk uji luncur peluru kendali balistik jarak jauh, dan menggarisbawahi bahwa tindakan itu melanggar Resolusi 1718 Dewan Keamanan.
Pada pekan lalu, Korea Utara memindahkan roket ke tempat peluncuran di pangkalan pantai timurnya.
Perunding terkemuka dari Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang mengadakan serangkaian pertemuan dwipihak di Washington selama ahir pekan lalu sebelum membuat kesepakatan bahwa rencana peluncuran roket Korea Utara melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan oleh karenanya, mereka akan mengajukan Pyongyang ke Dewan Keamanan badan dunia tersebut.
Utusan nuklir Korea Selatan Wi Sung-lac dan Stephen Bosworth, utusan khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara, mengadakan pertemuan di departemen luar negeri setelah Bosworth melakukan pertemuan terpisah dengan timpalannya dari Jepang, Akitaka Saiki.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan membahas peluncuran roket Korea Utara pada pekan depan ketika bertemu empat mata dengan Presiden Cina Hu Jintao di antara temu puncak ekonomi G20 di London, kata pejabat Gedung Putih pada Sabtu.
Keterangan itu keluar di antara laporan bahwa Cina, sekutu Korea Utara, mungkin tak bergabung dengan Ameriia Serikat dan sekutunya untuk menghukum Korea Utara jika peluncuran itu dilaksanakan.
China bersama dengan Rusia mendesak semua pihak terkait menahan diri.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009