Studi dilakukan di China dengan mengambil sampel dari 2.000 pasien yang terinfeksi virus corona. Hasil studi kemudian menunjukkan bahwa orang-orang dengan golongan darah A mengalami tingkat infeksi paling tinggi.
Dari 206 pasien yang meninggal karena penyakit COVID-19 di Wuhan, 85 merupakan pemilik golongan darah A, dan 52 merupakan golongan darah O.
“Orang dengan golongan darah A perlu mendapatkan perlindungan yang lebih kuat untuk melindungi diri dari infeksi virus corona,” Jelas kepala peneliti Pusat Pengobatan di Rumah Sakit Zhongnan Wang Xihuan, dalam laporan yang ia tulis pada 11 Maret lalu, seperti dilansir SCMP pada Rabu.
Kebalikannya, orang dengan golongan darah O dilaporkan lebih tahan pada paparan virus corona.
“Golongan darah O memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap paparan virus corona dibandingkan golongan darah lainnya” jelas Xihuan.
Baca juga: Kota-kota China cari sumbangan darah akibat corona
Baca juga: Xiaomi hadirkan aplikasi deteksi dini virus corona
Gao Yingdai, seorang peneliti dari Laboratorium Hematologi di Tianjin yang tidak terlibat dalam proses penelitian ini kemudian menjelaskan bahwa akurasi studi ini bisa ditingkatkan dengan mengambil sampel yang lebih banyak.
Sampel yang diambil dari 2.000 orang memang sudah cukup banyak, namun dirasa masih kurang untuk mewakilkan 180.000 orang yang telah terinfeksi virus corona secara global.
Ia juga menjelaskan bahwa hasil studi tersebut belum menjelaskan mengenai perbedaan hasil interaksi virus dengan berbagai jenis golongan darah, dan apa yang menyebabkan satu golongan darah lebih rentan terhadap virus daripada golongan darah lainnya.
Baca juga: EU berupaya cegah AS ambil alih perusahaan riset vaksin corona
Baca juga: Bio Farma akan gandeng lembaga riset untuk buat vaksin anti corona
Baca juga: Inggris kucurkan dana untuk kembangkan vaksin, tes cepat COVID-19
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri & Dara Tanjung Maharani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020