Serang (ANTARA News) - Sekitar enam dari 35 situ yang ada di wilayah Provinsi Banten usianya tergolong tua, salah satunya adalah Situ Gintung di Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, yang bendungannya dibangun sejak jaman Belanda, tahun 1933.
"Jumlah persisnya perlu diinventarisir lagi, tapi diperkirakan lima atau enam situ di Banten usianya tergolong sudah tua dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah, terutama situ yang letaknya lebih tinggi dari wilayah permukiman, kata Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Banten Winaryono kepada ANTARA News di Serang, Sabtu.
Winaryono tidak mengetahui persis letak situ yang umurnya tua tersebut. "Saya harus melihat data dulu dimana saja situ yang sudah tua tersebut berada," katanya.
Mengenai tragedi yang menimpa Situ Gintung, menurut Winaryo, situ tersebut adalah salah satu situ yang pada tahun 2009 ini sudah diprogramkan oleh pemerintah pusat atau Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung - Cisadane, untuk diperbaiki.
Situ Gintung, kata Winaryono, kondisinya sebelum terjadi musibah yang menelan banyak korban jiwa itu memang sudah memprihatinkan dan perlu segera dilakukan perbaikan, bahkan tidak hanya Situ Gintung, tetapi juga Situ Parigi di Pondok Aren dan Situ Kuru di Ciputat, perlu dikembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air.
Ia menambahkan, situ-situ yang memprihatinkan kondisinya itu, banyak yang sudah tidak hijau lagi, dan berdiri di sekitarnya rumah-rumah pemukiman.
Situ-situ yang sudah tua tersebut harus diperbaiki konstruksinya yang selama ini mengandalkan tanah saja agar diganti dengan beton yang tidak bisa tembus air, katanya.
Sebagian situ di Banten ini memang masih ditangani oleh pemerintah pusat yang berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, sehingga dalam penanganannya dilakukan secara terpadu.
Kasus Situ Gintung, menurut Winaryono, terjadi akibat dari ketidakmampuan bendungan menahan air yang melimpah atau meluap, sementara bendungannya masih terbuat dari tanah yang mudah tergerus oleh air yang akhirnya jebol. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009