Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berniat untuk tetap mempertahankan Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, Banten demi kepentingan konservasi air sekalipun lokasi di sekitar bendungan tersebut saat ini telah berubah bentuk menjadi perkampungan padat.
"Bendungan ini untuk keperluan konservasi jadi harus dibangun kembali, untuk melestarikan air," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Departemen Pekerjaan Umum Pitoyo Subandrio di lokasi bencana Situ Gantung, Jumat.
Dia mengatakan bahwa sekalipun kawasan di sekitar lokasi tersebut telah berubah menjadi perkampungan padat bukan berarti bendungan itu kemudian harus ditutup.
Ia menggarisbawahi keperluan untuk melakukan konservasi air yang sejalan dengan tema peringatan Hari Air Internasional pada 22 Maret lalu.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini pemerintah telah bersiap untuk mengamankan sejumlah daerah di sekitar lokasi bencana dari kemungkinan luapan air dengan memasang pagar-pagar kawat.
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meninjau ke lokasi sekitar 35 menit menginstruksikan agar tanggul Situ Gintung yang jebol dibangun kembali dengan konstruksi yang baik.
Macetnya lalu lintas menuju ke lokasi bencana sempat membuat presiden harus meninggalkan mobilnya dan membonceng sepeda motor pengawal presiden sementara itu petugas Paspampres dan anggota rombongan kepala negara berlari mengikutinya.
Keputusan Presiden Yudhoyono untuk membonceng sepeda motor pengawal presiden juga pernah diambil saat kepala negara hendak membuka acara F1 di Sentul, Bogor, 12 Februari 2006.
Pada kesempatan itu juga diserahkan bantuan 2.000 paket sembako dari Presiden.
Sementara itu Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRUHA) mengatakan tragedi jebolnya dam Situ Gintung merupakan salah satu bentuk buruknya kebijakan sumber daya air di Indonesia.
Koordinator Nasional KRUHA, Hamong Santono dalam siaran persnya yang diterima ANTARA mengatakan buruknya kebijakan sumber daya air tersebut mengakibatkan buruknya penanganan infrastruktur sumberdaya air.
Dia mengatakan pemerintah Indonesia dengan alasan keterbatasan anggaran, selalu berusaha untuk menarik investasi dari sektor swasta untuk membiayai pembangunan infrastruktur sumber daya air yang pada kenyataannya sangat sedikit sekali swasta yang tertarik untuk berinvestasi di sektor ini.
"Sedang pada saat bersamaan ratusan juta orang belum mendapatkan akses air bersih, jutaan jaringan irigasi mengalami kerusakan, dan banyak infrastruktur sumber daya air membutuhkan perbaikan," lanjutnya.
Peristiwa jebolnya Tanggul Situ Gintung pada Jumat (27/3) dinihari sekitar pukul 04.00 WIB mengakibatkan daerah pemukiman padat di sebelah utara Danau Gintung menjadi terendam.
Menurut pengakuan warga yang selamat, pada sekitar pukul 04.00 WIB mereka mendengar suara gemuruh dan seakan-akan terjadi gempa bumi.
Ternyata, hal itu disebabkan oleh derasnya aliran air yang menghunjam pemukiman warga akibat jebolnya tanggul tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
rumah yg sdh kena bencana st gintung
jg boleh kembali lg dibangun krn daerah rawan bencana, dan dam / tanggunya db kembali
dan di situ untuk daerah penyerepan air
dan di tanami pohon bakau atau tanaman apa saja yg bisa menyerap air
itu lebih bagus krn tata kota di jak/ ind msh jelek skl tdk spt di Belanda sini
dan kesremawutan itu merugikan orang kecil
dan yg bertugas untuk memeriksa tanggul / dam jg hrs bener jg cuma nongkong di kantor
terjun ke lapangan !!!