Kalimat tersebut terdengar dari seorang warga yang baru saja melihat parahnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana banjir bandang yang disebabkan jebolnya Tanggul Situ Gintung di daerah Cirendeu, Ciputat, Tangerang, Provinsi Banten.
Peristiwa jebolnya tanggul itu sendiri terjadi sekitar pukul 02.00 WIB. Sedangkan menurut pengakuan warga yang selamat, mereka seperti mendengar suara gemuruh dan seperti gempa bumi sekitar pukul 04.00 WIB, Jumat, sebelum azan subuh.
Jebolnya tanggul tersebut disebabkan antara lain oleh turunnya hujan berintensitas tinggi sejak Kamis (26/3) sore hingga malam hari yang mengakibatkan meluapnya debit air di Situ Gintung.
"Saya mendengar bunyi pintu seperti digedor-gedor, ternyata itu adalah derasnya aliran air dari Situ Gintung," kata seorang warga, Ghufron (17).
Ghufron mengaku bisa menyelamatkan diri karena berhasil mencapai atap rumah, begitu pula dengan sejumlah anggota keluarganya yang lain.
Namun, lelaki yang matanya tampak sembab itu mengaku masih belum bisa menemukan keponakannya yang masih bayi.
Bahkan, seorang warga, Kartini (45), mengaku bahwa air tiba-tiba menghadang rumahnya dengan ketinggian sekitar 10 meter.
Kartini juga tidak bisa menahan tangisnya ketika dirinya masih belum bisa mengetahui nasib dan keberadaan dari beberapa orang tetangganya.
Selain daerah permukiman warga, terjangan air deras dari Situ Gintung juga berdampak parah kepada kawasan kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan.
Akibatnya, sejumlah civitas akademika UMJ yang tinggal di sekitar kampus tersebut juga dilaporkan masih menghilang dan belum ditemukan.
Seorang mahasiswi, Mardiah (40) mengaku, dosen pascasarjana yang bernama Amnan Muslimin (50) masih belum bisa dihubungi baik oleh dirinya maupun anggota keluarganya.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, pihaknya turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban atas tragedi jebolnya Tanggul Situ Gintung tersebut.
Din mengingatkan, manusia yang meninggal karena bencana alam seperti itu merupakan mati syahid.
"Kami benar-benar merasa prihatin dan semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua," katanya.
Sedangkan Pembantu Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Berlianingsih mengatakan, sebanyak 13 orang civitas akademika UMJ telah turut menjadi korban dalam tragedi tersebut.
Puluhan orang tewas
Hingga Jumat sore, korban yang ditemukan telah meninggal dunia di beberapa posko secara total mencapai lebih dari 50 orang dan puluhan orang lainnya dinyatakan masih hilang.
Namun, dicemaskan bahwa jumlah korban tewas yang akan ditemukan para petugas SAR bisa bertambah lebih banyak lagi.
Situasi hiruk-pikuk terjadi di berbagai posko antara lain di STIE Ahmad Dahlan UMJ yang dipenuhi berbagai orang yang sedang mencari anggota keluarganya atau temannya yang hilang.
Sementara itu, sejumlah jenazah yang telah teridentifikasi telah dikerubungi oleh sanak kerabatnya. Sebagian dari mereka tampak meneteskan air mata.
Sedangkan jenazah lainnya yang masih belum dikenali atau belum terdapat anggota keluarganya segera dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta Selatan.
Prosesi shalat gaib untuk memanjatkan doa terhadap puluhan orang yang tewas juga sempat diselenggarakan di lantai dua STIE UMJ setelah shalat Jumat.
Berdasarkan pantauan ANTARA News, baik di kawasan permukiman warga maupun lingkungan kampus UMJ yang diterjang "tsunami kecil" dipenuhi oleh lumpur dan sisa-sisa kayu yang terbawa oleh aliran air.
Selain itu, terdapat pula beberapa kendaraan seperti mobil dan sepeda motor yang juga terserok di tepi jalan dan juga ada yang tersangkut di tetumbuhan.
Bencana tersebut juga membuat sejumlah partai politik membuka sejumlah posko untuk menyalurkan bantuan.
Beberapa parpol yang terpantau antara lain dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sedangkan sejumlah badan kemanusiaan seperti Palang Merah Indonesia dan Dompet Dhuafa Republika juga tampak membuka posko di lokasi bencana.
Sejumlah warga secara swadaya mencoba mencari sumbangan di tepi jalan.
Dibangun kembali
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meninjau ke lokasi menginstruksikan agar tanggul Situ Gintung yang jebol dibangun kembali.
"Bendungan yang jebol akan dibangun kembali. Kita bikinkan kembali konstruksinya, dengan demikian harapan kita tidak mengkhawatirkan," kata Presiden.
Sebelum berkeliling meninjau lokasi tanggul, Presiden Yudhoyono terlebih dahulu mendengarkan laporan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sudah tiba lebih dulu dan menggelar rapat koordinasi dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Selain memerintahkan pembangunan kembali tanggul dengan kualitas konstruksi yang baik, Presiden Yudhoyono menegaskan pemerintah akan membantu warga untuk membangun kembali rumah mereka.
"Warga yang mengalami kerusakan rumah seperti biasa pemerintah akan membantu membangun kembali sesuai aturan yang ada," katanya.
Berkaitan dengan bantuan tersebut, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan, warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat jebolnya tanggul Situ Gintung akan memperoleh santunan Rp5 juta per kepala keluarga.
"Ada sekitar 250 rumah yang terkena. Terhadap masyarakat yang terkena bencana ringan mendapat santunan Rp5 juta per kepala keluarga," kata Gubernur.
Ratu Atut memaparkan, Pemerintah Provinsi Banten telah menyalurkan bantuan sosial kemasyarakatan berupa pangan dan kesehatan untuk para pengungsi yang bersumber dari dana APBD. (*)
Oleh Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009