Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Goeltom mengatakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 3-4 persen pada 2009 turun dari perkiraan sebelumnya sekitar 4-5 persen. "Iya sudah ada revisi, BI pakai 3-4 persen," katanya di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada keberhasilan stimulus. Menurut dia, bila stimulusnya berhasil maka pertumbuhan akan ke empat persen, namun kalau gagal akan mendorong pertumbuhan di sekitar tiga persen Ia mengatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi bukan hanya berasal dari anjloknya ekpor, namun juga berasal dari investasi. "Kekeringan likuditas dunia menyebabkan investasi bisa berkurang. oleh sebab itu kita berharap fiskal stimulus bisa menjaga agar pertumbuhan bisa positif," katanya. Ia menambahkan saat ini Indonesia menjadi satu-satunya negara yang masih memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif. "Kalau anda lihat secara positif, kita negara satu-satunya di ASEAN yang masih `biru` (tumbuh)," katanya. Sementara itu, terkait dengan dampak penurunan ekspor terhadap cadangan devisa dan nilai tukar ia mengatakan pengaruhnya tidak signifikan. "Itu bukan negara yang langsung mengharuskan ekportir menyediakan dananya ke bank sentral, turunnya ekspor tidak langsung berpengaruh ke cadangan devisa Indonesia. Beda dengan negara di Thailand even (ada) China yang ada hal-hal seperti itu (keterkaitan secara langsung ekpor dengan cadangan devisa)," katanya. Namun menurut dia, pengaruh signifikan terhadap cadangan devisa justru diakibatkan keringnya likuditas dolar AS saat ini. Untuk itulah, ia mengatakan, perlu melakukan berbagai upaya terobosan untuk mengurangi tekanan terhadap permintaan dolar di saat pasar memiliki likuiditas dolar yang ketat seperti saat ini. Ia menambahkan, sampai saat ini salah satu upaya melonggarkan tekanan terhadap dolar adalah dengan kerjasama bilateral currency swap arrangement (BCSA/pertukaran uang) dengan China senilai Rp175 trliiun atau setara dengan 100 miliar renmimbi. Sedangkan inflasi menurut dia, tahun ini akan berda pada kecenderungan yang menurun. "Yang jelas inflasi (YoY) akan turun," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009