PBB (ANTARA News/AFP) - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) didukung Inggris dan Amerika Serikat (AS) Kamis mendesak dihentikannya sementara pertempuran untuk kemanusiaan di Sri Lanka yang dilanda pertikaian, dan menuding pemberontak Macan Tamil memperburuk keadaan penduduk sipil yang terjebak dalam pertempuran tersebut.

Kepala kemanusiaan PBB, John Holmes, mengatakan kepada para wartawan setelah menghadiri penjelasan tak resmi Dewan Keamanan PBB bahwa keprihatinan utamanya adalah penduduk sipil yang terjebak di daerah pertempuran, dan tidak diizinkannya mereka keluar dari daerah itu oleh Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE).

Dia menambahkan bahwa dia mendesak pentingnya dibuka akses kemanusiaan ke daerah pertempuran di Sri Lanka utara.

"Kami mengisyaratkan beberapa jenis gagasan dihentikannya perang untuk kemanusiaan guna mengizinkan penduduk sipil meninggalkan wilayah itu," katanya.

"Ini adalah suatu situasi yang sangat mengkhawatirkan dan untuk itu, kami mengimbau kepada LTTE untuk mengizinkan penduduk sipil tersebut keluar dengan selamat dan tertib."

Rosemary DiCarlo, seorang delegasi senior AS untuk PBB, juga menyuarakan negaranya sangat prihatin atas memburuknya situasi kemanusiaan di Sri Lanka, dan mengecam LTTE, yang dipandang oleh Washington sebagai organisasi teroris.

"Kami dengan tegas mengecam fakta bahwa mereka (LTTE) menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup ... Kami menyerukan kepada mereka untuk meletakkan senjata, meninggalkan kekerasan dan berunding dengan pemerintah," katanya menambahkan.

DiCarlo juga mengecam bahwa Kolombo terus melakukan pengeboman terhadap daerah-daerah yang padat dengan penduduk sipil.

Dia mengatakan Washington telah menyerukan kepada Kolombo untuk meredakan aksi pembomannya dan telah menerima janji untuk itu. "Namun, kami perlu melihat hasilnya," katanya menambahkan.

Dia menyerukan pemerintah Sri Lanka untuk memberikan banyak perhatian guna melindungi penduduk sipil.

Timpalannya dari Inggris, John Sawers juga menuding LTTE memburuk keadaan penduduk sipil di utara negara itu.

"Jelas bahwa LTTE yang mencegah mereka untuk meninggalkan daerah pertempuran itu," katanya.

"Kami mengecam tindakan mereka dari apa yang mereka lakukan," katanya.

"Kami mengecam tindakan mereka berkaitan masalah itu. Kami menyerukan kedua pihak untuk menghormati hukum kemanusiaan, hentikan menggunakan senjata-senjata berat dan melindungi semua kehidupan penduduk sipil."

Duta Besar Sri Lanka di PBB, H.M.G.S. Palihakkara mengatakan, pemerintahnya juga sangat prihatin terhadap nasib penduduk sipil, dan menambahkan bahwa Kolombo telah mengumumkan gencatan senjata selama 48 jam.

Dia menuduh LTTE mencegah penduduk sipil untuk meninggalkan daerah pertempuran.

"Jika LTTE bersedia mengizinkan mereka meninggalkan tempat itu hari ini, pemerintah saya akan menyepakati itu sebagai modalitas, penghentian pertempuran sementara," kata utusan tersebut.

"Cara tercepat untuk mengakhiri konflik adalah LTTE meletakkan senjata mereka, dan mengizinkan orang-orang itu meninggalkan lokasi tersebut."

Di Kolombo, seorang menteri pemerintah mengatakan, pemberontak Macan Tamil telah kehilangan banyak wilayah mereka di Sri Lanka utara, dan kekalahan total mereka sekarang kian dekat.

Pasukan pemerintah telah membatasi gerak para pejuang LTTE di suatu daerah seluas 21 kilometer persegi, yang disebut pemerintah sebagai daerah aman, kata Keheliya Rambukwwella, menteri tenaga kerja luar negeri dan juru bicara pemerintah di bidang pertahanan.

Pada puncak kekekuatan mereka pada pertengahan tahun 1990-an, Macan Tamil menguasai lebih dari dua per tiga garis pantai negara pulau di Lautan Hindia itu, dan sepertiga dari total luas daratannya.

Keruntuhan Macan Tamil dimulai dua tahun lalu dan semakin cepat setelah pemerintah menarik diri dari gencatan senjata yang diprakarsai Norwegia pada Januari 2008.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009