Washington (ANTARA News/Yonhap-OANA) - Korea Utara sudah menempatkan sebuah roketnya di tempat peluncuran di wilayah imur Laut, yang jelas segera menuju ke detik-detik peluncuran, demikian laporan media.

"Korea Utara telah memposisikan sebuah peluru kendali Taepodong II di atas landasan di Musudan, sebelah timur negara tersebut," demikian NBC News mengutip para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

"Menurut para pejabat AS, peluru kendali bertingkat dua itu bisa terlihat, bagian paling atas ditutup dengan selubung kain."

Korut telah mengungkapkan, pada 4-8 April akan meluncurkan sebuah roket untuk menempatkan satelit komunikasi dan bersikeras bahwa peluncuran itu adalah bagian dari program luar angkasa, bukan untuk uji coba peluru kendali balistik --yang dilarang resolusi PBB.

AS dan sekutu-sekutunya telah memperingatkan Korut bahwa mereka menentang peluncuran apapun dan mengancam akan menerapkan sanksi-sanksi lebih jauh.

China dan Rusia, yang tidak terlalu bersuara keras terhadap resolusi 2006, telah mendesak semua pihak untuk menahan diri.

Laporan muncul satu hari setelah Jenderal Walter Sharp, komandan pasukan AS di Korea, mengatakan saat acara dengar pendapat di Komite Dinas Persenjataan DPR bahwa "aksi-aksi paling provokatif belakangan ini oleh Korea Utara adalah upaya untuk memastikan bahwa rejim tersebut masih bertahan, juga untuk meningkatkan posisi tawarnya di perundingan-perundingan internasional guna mendapatkan berbagai keuntungan."

Upaya-upaya diplomatik sedang dijalankan untuk menekan Korut membatalkan peluncuran roket, yang dinilai AS sebagai kedok bagi uji coba peluru kendali balistik.

Para pemimpin juru runding Korea Selatan, AS dan Jepang pada Jumat akan bertemu di Washington untuk membicarakan masalah itu.

Korut telah mengancam akan melakukan pembalasan dan memboikot perundingan enam-pihak kalau AS dan sekutu-sekutunya mencoba menembak penggerak roketnya.

Perundingan enam-pihak macet Desember lalu setelah Korut menyatakan keberatan atas peraturan verifikasi menyangkut fasilitas nuklirnya.

Sharp mengatakan, Korut telah memiliki peluru kendali balistik yang baru yang mampu menghantam Alaska, serta terus mengembangkan dan mematangkan sistem-sistem dengan kemampuan antar-benua.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton telah menyatakan bahwa AS ingin memulai pembicaraan soal peluru kendali dengan Korea Utara.

Para pejabat Deplu AS mengungkapkan, Washington perlu membicarakan hal itu dengan anggota perundingan enam-pihak lainnya sebelum memutuskan apakah pembicaraan peluru kendali akan digabungkan dengan pembicaraan mengenai nuklir.

Frank Jannuzi, anggota staf profesional pada Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengusulkan Washington untuk membayar kompensasi hingga 1 miliar dolar AS bagi pembekuan ekspor Korut, pengerahan dan pembangunan rudal jarak jauh.

Usulannya itu mengacu kepada tuntutan yang diminta Korut satu dekade lalu, namun usulan Jannuzi ditolak para pejabat Deplu AS karena dianggap sebagai "pendapat pribadi."

Korut disebut-sebut merupakan penyedia utama cadangan rudal ke Suriah, Iran dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

Korut telah meluncurkan rudal balistik Taepodong di atas wilayah Jepang pada tahun 1998 di mana serpihan-serpihan rudalnya jatuh di laut di Alaska. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009