Bangkok (ANTARA News/AFP) - Kawasan Asia dan Pasifik menghadapi risiko kerusuhan sosial karena tekanan krisis keuangan global, namun kawasan ini akan memimpin pemulihan ekonomi dunia, demikian satu survey PBB, Kamis.

Survey tahunan itu menyebutkan bahwa kawasan ini menghadapi rangkaian krisis mulai dari rusaknya sistem keuangan, ketidakstabilan pangan dan bahan bakar, dan perubahan iklim, yang semuanya akan berdampak luas ke semua aspek kehidupan di sepanjang tahun 2009.

Menurut Survey Ekonomi dan Sosial kawasan Asia Pasifik tahun 2009 ini, ada bukti baru yang muncul bahwa keadaan lebih buruk dari sekarang akan segera tampak dengan merosotnya volume perdagangan yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan kawasan.

"Ada risiko terang bahwa krisis keuangan bisa menyebar ke sekitarnya dalam gerak yang terus menurun yang memperparah resesi, kerusuhan sosial dan ketidakstabilan politik," begitu salah satu rekomendasi survey.

Pemicu utama kerusuhan adalah kembalinya jutaan buruh migran Asia ke negaranya masing-masing dalam upaya mencari pekerjaan baru karena kehilangan kerja akibat krisis menimpa sektor ekspor, kata Wakil Sekjen PBB Noeleen Heyzer.

"Asia Pasifik berada dibawah ancaman berlipat-lipat dan keberhasilan yang dicapai pembangunan dengan mudah sirna begitu saja," kata Heyzer kepada AFP dalam wawancara sebelum hasil survey itu dirilis di Bangkok.

Investasi pada jaring pengaman kerja dan sosial untuk kaum miskin mesti segera dicari, katanya.

"Jika kita tidak mengatasi disparitas yang terus melebar maka kita akan melihat keadaan ini bakal menciptakan kerusuhan sosial," tambahnya.

Namun laporan PBB ini menyatakan reformasi yang ditempuh kawasan ini dalam tahun-tahun belakangan, terutama menyusul krisis keuangan Asia pada 1997, bisa berarti kawasan dapat menjadi tiik bermasa depan terang di tengah situasi krisis global.

"Negara-negara berkembangan (di kawasan ini) akan bangkit menjadi sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi dunia yang mungkin berlaku pada 2009 sehingga (negara-negara ini) menyumbang stabilnya lagi dunia," demikian laporan PBB itu. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009