Kuala Lumpur (ANTARA News) - Saat ini para investor Malaysia, Jepang dan Australia, sedang membidik Indonesia sebagai tempat investasi yang menguntungkan, oleh karena itu, kerjasama atau kolaborasi antara Serikat Pekerja Indonesia sektor media dengan negara Asia Pasifik (Asia Pacific Regional Organisation/APRO perlu ditingkatkan. "Malaysia sudah membeli Jak TV, Jepang dan Australia juga banyak melakukan investasi baik langsung maupun patungan, sehingga kerjasama serikat pekerja Indonesia, Malaysia dan UNI APRO, harus dapat terjalin lebih erat unuk menyamakan persesi," kata Direktur Sektor Media UNI Global Union, Jim Wilson, dalam membuka workshop sektor media, di Kuala Lumpur, Rabu. Menurutnya, media di Indonesia saat ini tumbuh bak bagaikan jamur di musim penghujan, tetapi peran serikat pekerja masih cukup lemah, lantaran belum adanya koordinasi yang baik. "Koordinasi yang baik akan menguatkan organisasi dan memudahkan perjuangan serikat pekerja dalam memperjuangkan hak-hak pekerja," kata Jim yang didampingi Dr. Kun Wardana Abyoto, Direktur Sektor Telekom United Network International/UNI Asia Pasifik. Diskusi yang dihadiri sejumlah serikat pekerja dari Indonesa, Malaysia dan Singapura itu, Jim kembali menegaskan, pengoganisasian itu tidak hanya meningkatkan jumlah anggota serikat pekerja dan seringnya melakukan pertemuan, namun lebih ke arah pada kolaborasi antara serikat pekerja dengan manajemen atau pemilik perusahaan. "Serikat pekerja harus lebih cerdas dalam melakukan kolaborasi dengan pemilik perusahaan karena hal itu akan mewujudkan keberhasilan, bahwa Serikat dan pemilik terjadi hubungan yang harmonis sehingga dapat tercita industri yang kuat dan berkesinambungan," katanya. Ia juga memberikan apreaisasi kepada Serkat Pekerja yang sudah dapat menjalankan Perjanjian Kerja Berama/PKB, utamanya di sektor media. "Serikat Pekerja TV3 Malaysia telah mampu mengajak pemiliknya menandatangani PKB. Demikian juga Perum Kantor Berita Indonesia, Antara, juga dapat mewujudkan PKB. Hal itu perlu dicontoh oleh para sekitar pekerja media lainnya untuk melakukan PKB ," kata Jim seraya menambahan, jika ada masalah, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK) dapat dimintai bantuan teknis. Sedang Kun Wardana menambahkan, potensi sektor media di Indonesia cukup besar dibanding di negara tetangga, namun belum digarap secara optimal, sehinga jumlah anggotanya relatif kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan media yang ada Oleh karena itu, kata Kun Wardana, perlu adanya langkah strategis dalam mencapai tujuan tersebut. "Tujuan serikat pekerja adalah meningkatkan kesejateraan karyawan. Serikat pekerja perlu mendorong agar hubungan industrial dengan manajemen menjadi lebih harmonis sehingga produktifitas perusahaan dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan timbal balik kepada pekerja.,` katanya. Sementara itu, Presiden UNI Malasia Liaison Council, Mohamed Shafie BP Mammal menambahkan, semua pekerja baik itu tenaga kerja tetap maupun lepas, perlu juga diorganisasikan mengingat jumlah tenaga lepas cukup besar. "Saat ini ada kecenderungan dari para pemilik media, mempekerjakan dengan sistem lepas atau harian dengan alasan efisiensi dan memudahkan prosedur kerja. Banyak para pekerja di sektor media tanpa harapan. "Seyogianya, jika seseorang sudah bekerja lebih dari dua tahun secara berturut-turut dapat diangkat sebagai pekerja tetap agar pekerja itu punya harapan hidup lebih pasti," kata Shafie. Safie mengaku banyak menjelaskan masalah ini kepada para pemilik perusahaan , bahwa jika perusahaan melakukan peraturan secara baik, maka produktifitas perusahaan akan juga meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan gaji dan kesejahteraan pekerja itu sendiri. "Banyak pemilik perusahaan merasa ragu menjalankan PKB pada hal dengan menjalankan aturan sesuai dengan UU hubungan pekerja dan pemilik akan lebih harmonis," katanya seraya menambahkan, perlunya para serikat pekerja/UNI mengorganisasikan para pekerja lepas itu agar mereka dapat mendapatkan hak-hak dasarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009