Seoul (ANTARA News/AFP) - Para pejabat intelijen Korea Utara memeriksa dua wartawan Amerika Serikat (AS) yang ditangkap di perbatasan dan tampaknya akan berusaha membujuk mereka untuk mengaku melakukan tindakan mata-mata, kata satu harian Korea Selatan di sini Selasa.
JoongAng Ilbo yang mengutip sumber intelijen di Seoul mengatakan sepasang wartawan itu dipindahkan ke satu wisma tamu dengan penjagaan ketat di luar kota Pyongyang sehari setelah mereka ditangkap sebelum fajar pada 17 Maret.
Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan menolak memberikan komentar dan seorang analis mengatakan dia khawatir jika sepasang wartawan itu akan dituduh sebagai mata-mata.
Insiden ini memberikan Korea Utara kartu permainan diplomatik lain pada saat ketegangan-ketegangan meningkat tinggi berkaitan dengan rencana peluncuran satelit komunikasinya pada awal bulan depan, kata para analis.
AS dan negara-negara sekutunya mengatakan bahwa peluncuran itu tampaknya hanya kedok untuk uji coba peluru kendali jarak jauhnya, Taepodong-2, yang secara teori bisa menjangkau daratan Alaska, AS.
Komunis Korea Utara mengaku menahan kedua wartawan itu karena `memasuki wilayahnya secara ilegal` dengan menyeberangi perbatasan dengan China.
JoongAng mengatakan wanita tersebut berjalan menyeberangi Sungai Tumen yang membeku sebagai penanda perbatasan timur laut pada pukul 03:00 waktu setempat dan memfilmkan suatu program tentang orang-orang yang melarikan diri dari negara yang miskin tersebut.
Surat kabar itu mengatakan mereka segera ditangkap dan ditahan oleh tentara Korea Utara. Kasus mereka dilaporkan kepada Komando Keamanan Pertahanan dan kepada Kesatuan Militer Ke-sembilan yang bermarkas di provinsi timur laut, Hamkyong Utara.
"Pemeriksanaan itu tampaknya akan difokuskan pada pengakuan kedua wartawan tersebut melakukan tindakan mata-mata," kata surat kabar itu mengutip sumber tersebut.
"Korea Utara akan merancang dengan sungguh-sungguh `tarik tambang` dengan AS, memvideokan semua wawancara dengan kedua jurnalis itu.
Wartawati tersebut, yang diidentifikasi sebagai Euna Lee, warga Amerika asal Korea, dan Laura Ling, warga Amerika berkebangsaan China, bekerja untuk Current TV di Kalifornia.
Namun, Baek Seung-Joo, seorang analis pada Institut Analisis Pertahanan Korea mengatakan, Korea Utara akan menggunakan insiden ini sebagai peluang untuk memperbaiki citranya terhadap Washington.
Tapi sayangnya, terlalu cepat Korea Utara mengecap mereka dengan tuduhan mata-mata untuk upaya mereka memasuki wilayahnya karena dorongan jurnalistik, kata Baek kepada AFP.
Jika memang keduanya betul diakomodasikan di suatu wisma tamu, itu menjadi pertanda bagi mereka bahwa mereka selamat.
"Soalnya adalah sangat jarang bagi siapapun yang ditangkap karena memasuki wilayah secara ilegal akan ditempatkan di suatu wisma tamu. Dengan memperlakukan mereka secara baik dan membebaskan mereka secepatnya, Korea Utara melalui kasus akan berpeluang untuk mengembangkan kontaknya dengan pemerintahan Obama," kata Baek pula.
JoongAng juga mengutip suatu sumber yang memperkirakan, bahwa sementara Korea Utara mungkin saja berusaha menuduh mata-mata, namun sepasang jurnalis itu akan dibebaskan dengan niat baik.
"Seperi saya katakan Jumat, kami bekerja secara diplomatik, dan saya rasa kurang baik saya beberkan di sini, itu yang terbaik," kata juru bicara departemen luar negeri AS, Robert Wood, Senin.
Korea Utara adalah salah satu di antara negara paling terisolasi di dunia. Para wartawan harus mendapat visa khusus dan disertai pemandu resmi untuk berada di sana. Tetapi, beberapa kunjungan demikian telah diizinkan dalam beberapa tahun belakangan ini.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009