"Sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan shalat Zhuhur di tempat masing-masing," kata Hasanuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan umat Islam saat berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka yang bersangkutan boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat Dhuhur di tempat kediaman.
Baca juga: Gubernur Riau tetapkan siaga darurat virus Corona selama sebulan
Baca juga: Mendagri minta pemda kurangi kegiatan yang tidak penting
Dalam keadaan serupa, kata dia, umat Islam agar menghindari shalat berjamaah lima waktu/rawatib, tarawih dan ied di masjid atau tempat umum lainnya guna menghindarkan diri dari penularan COVID-19.
Hasanuddin juga mengajak umat Islam sementara waktu tidak menyelenggarakan aktivitas ibadah yang melibatkan orang banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran COVID-19, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim.
Sementara dalam kondisi COVID-19 yang dapat dikendalikan, kata dia, umat Islam wajib menyelenggarakan shalat Jumat sebagaimana keadaan normal. Meski MUI melarang jamaah yang terpapar corona atau sedang menderita penyakit menular ikut Jumatan yang melibatkan kerumunan.
Kemudian, lanjut dia, umat Islam yang berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus corona, seperti tidak kontak fisik langsung seperti bersalaman, membawa sajadah sendiri dan sering membasuh tangan dengan sabun.
Baca juga: PDEI-MHKI minta pemerintah umumkan daerah terjangkit COVID-19
Baca juga: Dokter: isolasi mandiri putus rantai penyebaran COVID-19
Baca juga: IDAI minta pemerintah "lockdown" parsial daerah penularan COVID-19
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020