Jakarta (ANTARA News) - Kurangnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) diperkirakan membuat sekitar 10 persen armada busway Transjakarta tidak dapat beroperasi pada jam sibuk (peak hour) karena harus mengisi bahan bakar.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Daryati Asrining Rini menyebut hal tersebut menyebabkan pelayanan busway belum optimal meskipun telah mengoperasikan delapan koridor sejak 15 Maret yang lalu.
"Akibat kurangnya SPBG ini, banyak bus yang mengisi bahan bakar pada `peak hour` padahal harusnya tidak boleh. Hanya sekitar 90 persen bus yang bisa beroperasi pada jam sibuk," ujarnya dalam Evaluasi Koridor VIII oleh Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, Institut Studi Transportasi (Instran) dan Institute forTransportasion and Development Policy (ITDP) di Jakarta, Senin.
Saat ini baru ada empat SPBG yang sudah beroperasi yakni di Daan Mogot, Jl Pramuka, Rawa Buaya dan Perintis Kemerdekaan sementara tiga SPBG masih belum beroperasi yakni di Tanah Merah, Kramatjati dan Kampung Rambutan.
Daryati menyebut pihaknya menyambut penambahan SPBG itu karena bisa meningkatkan pelayanan bagi penumpang busway yang mencapai 74,6 juta penumpang pada 2008 dengan pengoperasian tujuh koridor.
Direktur Instran Darmaningtyas menyebut penting bagi SPBG baru agar segera beroperasi agar terjadi efisiensi dan tidak terjadi penumpukan penumpang di halte.
"Ini harus diwujudkan karena kalau gas terhambat, BLU juga inefisiensi atau mengalami `empty kilometer` (kilometer kosong)," ujarnya
Darmanintyas bahkan menyarankan sebaiknya ditiap koridor ada minimal satu SPBG untuk mengoptimalkan pelayanan.
Selain menambah jumlah SPBG, Darmaningtyas menyebut bahwa BLU Transjakarta harus segera mewujudkan perubahannya menjadi BLU independen untuk pelayanan yang lebih baik.
"Kami dorong BLU jadi independen agar kewenangan lebih otonom," katanya.
Sementara mengenai perubahan itu, Daryati menyebut bahwa proses sedang berjalan.
"Tapi prosesnya memang cukup lama," ujarnya singkat.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009