Jakarta (ANTARA) - Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang yang menderita obesitas cenderung memiliki gangguan fungsi kekebalan tubuh, sistem imunitas, yang rendah.
Para peneliti di Australian Research Council Centre of Excellence in Advanced Molecular Imaging Universitas New South Wales menyelidiki temuan ini dalam model tikus.
Mereka awalnya ingin menyelidiki penyebab berkurangnya respon sistem imun terhadap vaksinasi yang sering terjadi pada penderita obesitas.
Para peneliti itu mengukur sesuatu yang tidak biasa dalam aktivasi sel T pada tikus yang diberi pola makan tinggi lemak. Sel T adalah sejenis sel darah putih yang merupakan bagian sentral dari respon imun adaptif.
Ketika sistem kekebalan menghadapi bakteri atau virus, sel T yang mampu memburu dan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Pada tikus yang diberi pola makan tinggi lemak, setelah hanya beberapa hari, fungsi sel T berkurang. Ini terjadi jauh sebelum hewan-hewan itu bertambah berat badan karena diet yang kaya kalori. Sel T dengan cepat mengubah lemak yang ditemukan di membran sel mereka.
Peningkatan lemak jenuh dalam makanan meningkatkan jumlah lemak ini dalam membran sel. Sel T kemudian menjadi lamban dan tidak mampu merespons dengan cara cepat dan normal untuk mempertahankan kondisi tubuh.
Penelitian itu juga menjelaskan bahwa mengkonsumsi makanan cepat saji yang kaya akan lemak jenuh, akan merusak kerja sistem kekebalan tubuh dengan membuat sel T lambat.
Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa obesitas dan pola makan cepat saji berpotensi menyebabkan malnutrisi dan mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh.
Namun pola makan sehat, dan olah raga teratur dapat mengembalikan kinerja sel T yang cepat dalam hitungan hari.
Baca juga: Jessica Iskandar & Richard Kyle tunda pernikahan akibat virus corona
Baca juga: Jaga jarak sosial guna perlambat persebaran virus corona
Baca juga: Jangan banyak mencamil makanan manis, sistem imun turun
Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020