Manila (ANTARA News/AFP) - Seorang jenderal yang memimpin pasukan untuk menundukan gerombolan muslim militan yang tengah menyandera tiga staf Palang Merah di Filipina selatan mengambil cuti tiba-tiba setelah gagal menyelamatkan ketiga sandera, demikian Menteri Pertahanan Filipina, Senin.

"Mayor Jenderal Juancho Sabban tengah berlibur selama dua minggu," kata Menteri Pertahanan Gilbert Teodoro kepada wartawan seraya menambahkan bahwa jauh sebelum kasus penyanderaan terjadi pada Januari, sang jenderal memang sudah mengajukan cuti.

Ironisnya, Teodoro menolak mengungkapkan alasan mengapa ia mengizinkan Sabban pergi berlibur justru saat krisis berlangsung.

Sabban adalah panglima daerah militer Pulau Jolo dimana mereka ditugaskan menangkap para militan kelompok Abu Sayyaf yang menyandera tiga pekerjaa Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yaitu Mary Jean Lacaba dari Filipina, Andreas Notter dari Swiss dan Eugenio Vagni dari Italia.

Bentrokan pecah minggu lalu dengan menewaskan tiga marinir dan dua pemberontah Abu Sayyaf, sementara 19 serdadu lainnya terluka.

Pemimpin Abu Sayyaf yang menahan para sandera, Albader Parad, dilaporkan terluka dan menuntut pasukan pemerintah ditarik dari kawasan hutan dimana para militan terus tersudut posisinya. Jika tidak memenuhi, para sandera akan disakiti.

Ketua Palang Merah Filipina Senator Richard Gordon, kemudian berunding dengan Parad untuk pembebasan salah seorang sandera dengan imbalan pasukan Filipina akan direposisi di kawasan itu.

Pembebasan itu ternyata tak dilakukan sehingga Gordon secara terbuka menuduh militer mengabaaaikan permintaannya untuk memperlonggar pengamanan di wilayah itu demi pembebasan sandera.

Daia menyatakan, dia akan menuduh Presiden Gloria Arroyo dan jenderalnya bertanggungjawab jika sandera-sandera ini terbunuh dalam usaha penyelamatan.

Sebaliknya, Juru Bicara Presiden Arroyo, Lorelei Fajardo, mengingatkan Gordon bahwa pemerintah mempunyai kebijakan untuk tidak berunding dengan teroris.

"Pemerintah telah berbuat sebaik-baiknya sejak hari pertama untuk menyelamatkan dan mengobati para korba.  Kami semua ingin masalah ini diselesaikan secepat mungkin namun kami harus bertindak hati-hati sehingga tidak ingin mengkompromikan keselamatan sandera," kata Fajardo.

Lacaba, Notter dan Vagni ditangkap saat menjalankan misi kemanusiaan di Jolo pada 15 Januari. Minggu lalu, ICRC mengatakan bahwa pihaknya telah berbicara dengan ketiga sandera setelah bentrok pecah pada 19 Maret dan mendapat informasi bahwa ketiganya masih ditahan.

"Berdasarkan fakta dan tekanan yang dihadapi, para sandera berada dalam kondisi yang sangat baik," demikian ICRC.

Abu Sayyaf adalah kelompok perlawanan terkecil namun paling radikal dibanding kelompok muslim militan lainnya di Filipina selatan.

Kelompok ini dituduh berada dibalik serangan teror terburuk di Filipina dan dicantumkan oleh AS kedalam daftar organisasi teroris internasional. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009