Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muh Rodli Kaelani meminta pemerintah dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) jujur mengenai kesiapan pelaksanaan Pemilu 2009.
"Terus terang, berdasarkan laporan di lapangan, melalui seluruh cabang PMII maupun berbagai informasi akurat jaringan lainnya, PB PMII menilai, masih ada masalah krusial tak hanya faktor teknis yang membuat kami khawatir, bisa tidaknya Pemilu 2009 digelar," katanya kepada ANTARA.
Ia menunjuk masalah-masalah teknis seperti daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak valid di Jawa Timur, serta di Bali dan beberapa tempat lain.
"Belum lagi masalah-masalah non teknis hingga politis, bahkan yang mengandung unsur kejahatan atau kriminalitas tingkat tinggi dalam hal penyediaan kertas suara yang tidak cacat, aneka pelanggaran kampanye, potensi kecurangan pemilih dan rekap suara, dan lain-lain," ujarnya.
Ia menyebut, sukses Pemilu harus bisa tergambar dari berbagai aspek, tidak cuma teknis semata.
"Kan ada sementara pihak di KPU maupun Pemerintah yang menggunakan tolok ukur sukses teknis. Padahal, ini pun belum tentu maksimal pencapaiannya di lapangan dengan melihat fenomena yang ada," ungkapnya.
Rodli melihat kendala terus bertambah dan merasa keadaannya semakin mengkhawatirkan.
"Kami tak habis pikir, masih ada saja oknum yang gemar menyederhanakan persoalan, bahwa masalah yang terjadi hanyalah soal teknis. Dan malah ada `over dosis optimis`, bahwa masalah itu mudah mengatasinya. Lebih ironis lagi, sukses Pemilu hanya maju diukur dengan sukses teknis penyelenggaraan. Padahal, situasinya sudah semakin mengkhawatirkan, tidak hanya pada masalah teknis semata," tandasnya.
Rodli Kaelani menengarai, masalah teknis yang tak teratasi pun bisa menciptakan masalah-masalah lain dan berimplikasi terhadap kualitas Pemilu, disamping sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi dan potensi konflik politik.
PMII menyarankan, pemerintah, khususnya Departemen Dalam Negeri, segera turun tangan yang menurutnya, harus all out mempersiapkan pemilu. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009