Yogyakarta (ANTARA News) - Seniman dari Malaysia Kow Leong Kiang akan menggelar pameran tunggal lukisan yang menampilkan suasana pedesaan dan potret kolektif sebuah masyarakat seni di Tembi Contemporary Yogyakarta, 24 Maret hingga 18 April 2009.
"Lukisannya tentang suasana pedesaan di pesisir timur Malaysia terekam melalui sentuhan-sentuhan kuas yang seringan kapas," kata pengelola Tembi Contemporary Riessa Wijaya di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan, potret-potret piawainya akan keindahan pesisir timur Malaysia merangkul dan merangkum kesenduan dan nostalgia kampung halaman. Sang seniman telah menciptakan beberapa di antara citra-citra pedesaan Malaysia yang paling berkesan.
"Lukisan karya Kow Leong Kiang yang berjudul `bapak spekulator asing, berhentilah merusak negeri kami` berhasil memenangi `grand prize` di Philip Morris ASEAN Art Awards 1998," katanya.
Menurut dia, Kow Leong Kiang tiba di Yogyakarta sekitar Juni 2008 dalam sebuah program residensi yang diatur Valentine Willie Fine Art.
Sejak itu Kow mulai mengerjakan proyek akbar yang berupaya menangkap suasana komunal informal hidup di kancah seni ini dalam serangkaian potret tokoh-tokoh seniman kontemporer yang tinggal di Yogyakarta.
"Agus Suwage, Arahmaini, Jumaldi Alfi, Angki Purbandono, Eko Nugroho, Ugo Untoro, Handiwirman Saputra, Putu Sutawijaya, dan seniman ternama lainnya bukan hanya menjadi teman baik, namun juga subjek-subjek ikonik berkat kepiawaian kibasan kuas Kow," katanya.
Ia mengatakan, Yogyakarta, yang dipilih sebagai tempat menetap oleh seniman-seniman dari seluruh pelosok Indonesia, kini diakui secara internasional sebagai pusat budaya di kawasan Asia Tenggara.
Potret-potret itu secara kolektif menampilkan sebuah masyarakat seni yang berani tampil beda berkat selera humor, kepandaian, kejujuran, dan dedikasi para karakter unik yang bersama-sama menjadi bagian modal kreatif kota ini.
"Pameran itu menggarisbawahi pertalian komunal yang menghubungkan rasi bintang-bintang yang terdiri atas para seniman berpengaruh tersebut, yang terlukis dalam habitat berkiprah mereka," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009