Ramallah (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmud Abbas Sabtu menandaskan, bahwa Jerusalem adalah awal dan akhir dari tujuan penyelesaian perdamaian konflik Timur Tengah mendatang seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.
"Bukankah kami berhak untuk merdeka? Bukankah kami berhak untuk mendirikan satu negara? Kami akan berjuang dan akan berusaha sampai kami bisa merebut kembali tempat itu," kata Abbas pada saat dia membuka aktivitas Jerusalem di Bethlehem, ibukota kebudayaan Arab untuk tahun 2009.
Abbas, yang berbicara di Bethlehem saat membuka acara itu , menegaskan kembali sikap para pemimpin Palestina terhadap proses perdamaian, perundingan-perundingan perdamaian dan perlunya mempersatukan Gaza dan Tepi Barat melalui rekonsiliasi dan dialog.
Abbas menyatakan pihaknya akan terus 'mempertahankan Jerusalem dan menetapkan Jerusalem sebagai ibukota negara Palestina merdeka mendatang, serta memegang hal itu sebagai tujuan bagi keadilan yang kami cita-citakan di bumi, untuk menghentikan penghancuran dan penelantaran para warganya.'
Rakyat Palestina ingin mendirikan suatu negara Palestina merdeka di Gaza, Tepi Barat dan menetapkan Jerusalem timur sebagai ibukotanya, meskipun Israel menganggap seluruh kota itu sebagai ibukota abadinya.
"Di sini tidak akan ada peluang serius untuk melakukan perundingan-perundingan tanpa segera menghentikan kegiatan-kegiatan pembangunan pemukiman; sebaliknya seluruh wilayah akan termasuk di dalam satu putaran yang hasilnya tidak diakui oleh kedua pihak," kata Abbas.
Presiden Palestina juga menyerukan kepada pemerintah Israel mendatang 'untuk menunjukkan keseriusan terhadap pelanjutan perdamaian, dan menerima prinsip solusi dua negara, serta semua perjanjian yang menyerukan dihentikannya pendudukan dan pembentukan negara kami.'
Abbas juga mengecam Israel dan gerakan Hamas dengan mengatakan 'Israel dilarang melakukan perayaan-perayaan di Jerusalem maupun Nazareth, sedangkan Hamas dilarang melakukan perayaan-perayaan di Gaza.'
Seorang jurubicara kementerian dalam negeri pemerintah Hamas yang dipecat, Ihab al-Ghusein, membantah bahwa Hamas juga mencegah perayaan apapun, dan menambahkan bahwa pemerintahnya di Gaza memperingati perayaan-perayaaan sepuluh hari lalu, dan kegiatan-kegiatan itu sekarang masih sedang berlangsung.
Sementara itu, Abbas menandaskan bahwa pihaknya perlu membentuk suatu kesepakatan nasional di luar kelompok pemerintah Palestina, dan bertekad agar Organisasi Pembebasan Palestina juga ikut bergabung di dalamnya.
"Kami tidak akan menerima hambatan apapun bahwa kelompok dialog, yang disponsori oleh Mesir, dalam rangka mencapai solusi nyata untuk mengakhiri kerenggangan serta mencapai tujuan-tujuan kami dengan mengadakan pemilihan-pemilihan, dan menutup lembar-lembar perbedaan," kata Abbas.
Dialog Palestina di Kairo dihentikan dua hari lalu, dan para peserta dialog akan balik kembali ke ibukota Mesir itu setelah melakukan konsultasi dengan para pemimpin mereka.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009