Batam (ANTARA News) - Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) mengukuhkan Nathania Regina dari Partai Kebangkitan Bangsa daerah pemilihan Kepulauan Riau, sebagai calon anggota legislatif (caleg) termuda tingkat DPR-RI dalam Pemilu Legislatif 2009.

Manajer Muri Paulus Pangka ketika memberikan sertifikat itu di Batam, Sabtu, menyebutkan setelah dua bulan meneliti dan Nathania ternyata termuda untuk tingkat parlemen pusat, sedang seorang lainnya yang berusia 22 tahun adalah caleg tingkat DPRD Kota Semarang.

Bukan PKB yang mengajukan pemecahan rekor ke Muri untuk Nathania melainkan warga masyarakat, kata Pangka, pria yang pada Pemilu tahun ini menjadi caleg dari partai lain untuk kursi DPR.

Nathania Regina, kelahiran Jakarta, 11 Desember 1988, sulung dari dua perempuan bersaudara, anak anak Heru Juwono dan Endang Rembakawati.

Ia lulus SD Katolik Sang Timur, Jakarta, pendidikan SMP dan SMA-nya di Singapura, kemudian meraih titel sarjana komunikasi dari Universitas San Fransisco, AS.

Ia meraih gelar Master of Internasional Bussiness bidang perhotelan dan pariwisata dari Universitas Cesar Ritz, Swiss.

Pendidikan politiknya telah dilalui melalui konvensi, seminar, dialog dengan massa, dan bimbingan orangtua, serta mengenali Kepri, khususnya Batam yang ketika bersekolah di Singapura sering dikunjunginya.

Dalam usia yang relatif muda, ia menyatakan sanggup menjadi wakil rakyat di Senayan yang disebutnya sebagai pipa pengaturan dan pengawasan agar pembangunan berjalan dengan semestinya bagi bangsa.

Kini dengan bekal modal kampanye dari sponsor orangtua dan dari penghasilan sendiri, ia antara lain telah menjumpai warga masyarakat di Karimun dan Natuna, Kepri, dan menyatakan kalau pun kelak belum bisa menjadi anggota DPR, akan mendirikan yayasan pendidikan, pemberdayaan perempuan dan remaja.

Mengenai PKB yang menjadi wahana ke DPR ia menyatakan, "Saya warga Indonesia dari etnis Tionghoa dan beragama Katolik. PKB adalah partai terbuka, nasionalis, dan pluralis, tidak membedakan latar belakang suku, agama, kaya-miskin, cantik atau jelek,"

Ia menyatakan mengagumi KH Abdurrahman Wahid (Dus Dur) yang terutama ketika menjadi Presiden (1999-2002) menyamakan derajat suku Tionghoa dengan suku-suku bangsa di Indonesia dan mengembalikan Khong Hu Cu sebagai salah satu agama di negeri ini.

Ayahnya, Heru, yang juga fungsionaris DPP PKB menyatakan mempersiapkan Nathania sebagai ahli waris bisnis di bidang industri, konstruksi, kontraktor dan perhotelan, tetapi juga mendorong sang anak yang berkeingnan menjadi politisi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009