Denpasar (ANTARA News) - Massa Partai Demokrat dalam jumlah puluhan ribu pelan-pelan membubarkan diri menuju asal masing-masing memakai berbagai jenis kendaraan setelah selesai mengikuti kampanye perdana partai bernomor 31 itu di Lapangan Padanggalak di Denpasar, Sabtu petang.
Massa dari seluruh kabupaten dan kota di Bali itu berduyun-duyun menaiki kendaraan masing-masing dipimpin seluruh koordinator pengerahan massa. Polisi dalam jumlah besar juga mengawasi dan menertibkan kepulangan para pendukung Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Jalan Ngurah Rai yang menjadi akses utama menuju lapangan itu, Jalan Prof Mantra, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan WR Supratman, tidak pelak menjadi macet selama beberapa waktu sekalipun tidak ada gesekan terhadap konvoi kendaraan yang didominasi penumpang memakai kaus biru langit itu.
Sebagian massa memilih untuk tetap di tempat menunggu arus kendaraan menjadi lebih lancar sambil menantikan pengumuman pembagian hadiah oleh panitia pelaksana dari panggung.
Semula sebagian petugas pengamanan mengkhawatirkan akan terjadi gesekan antara massa pendukung Partai Demokrat dengan pendukung partai politik lain di luar arena kampanye. "Tetapi syukur tidak ada apa-apa sampai kini. Di radio juga tidak ada laporan tentang kejadian apapun, semua relatif lancar," kata seorang polisi.
Sebelum dan selama kampanye berlangsung, jalan-jalan besar di Denpasar dan sebagian Kabupaten Badung dipenuhi berbagai jenis kendaraan yang membawa berupa jenis atribut Partai Demokrat. Jumlah mereka banyak namun masih menjaga ketertiban umum sehingga arus lalu-lintas masih cukup lancar.
Dalam kampanyenya, Yudhoyono yang ada di panggung bersama istrinya, Ani Yudhoyono, dan putra bungsunya, Bhaskoro, meminta maaf kepada masyarakat Bali bahwa kampanye ini menimbulkan sedikit kemacetan di jalan-jalan yang dilalui.
"Kita harus menunjukkan bahwa kita ini partai politik yang cerdas, dewasa, dan santun serta menjunjung tinggi etika. Kita berbuat, jangan hanya berkata-kata saja tanpa melakukan apapun," kata Yudhoyono kepada massa pendukungnya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009