ekonomi juga tidak akan stabil dan naik jika masyarakat, terutama para pelaku ekonominya mengalami masalah kesehatanJakarta (ANTARA) - Secara tiba-tiba, beberapa aktivitas keramaian terpaksa dibatalkan, termasuk konferensi pers yang biasanya dilakukan sejumlah kementerian.
Sejumlah kementerian telah memutuskan untuk menangguhkan kegiatan tatap muka demi mencegah penyebaran virus corona baru atau populer disebut COVID-19.
Virus ukuran nanometer (nm) yang memiliki mahkota serupa paku itu telah menjangkiti 121 negara dengan korban yang terpapar sebanyak 156.520 orang di dunia (data per 15 Maret 2020).
Di Indonesia, jumlah penderita penyakit saluran pernafasan yang disebabkan COVID-19 meningkat menjadi 117 kasus pada Minggu (15/3). Jumlah ini naik dibandingkan hari sebelumnya yang berjumlah 96 kasus.
Melihat keganasan virus itu, dunia seakan-akan berhenti berputar. Sejumlah aktivitas ekonomi pun dapat berhenti. Dunia sedang berperang melawan makhluk yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop jenis tertentu.
Saat ini, sudah ada beberapa negara yang melakukan lockdown (menutup kota atau negara) yaitu Italia sejak 9 Maret 2020, Denmark sejak 13 Maret 2020, Filipina sejak 12 Maret 2020 hingga Irlandia pada 12-29 Maret 2020.
Artinya, perekonomian global, termasuk Indonesia akan bergerak menurun karena kebijakan lockdown dan imbauan berkegiatan dari rumah (work from home/WFH) tentu akan membuat aktivitas ekonomi menjadi tidak maksimal.
Presiden RI Joko Widodo pun meminta agar masyarakat Indonesia bekerja, belajar dan beribadah di rumah karena masifnya penyebaran penyakit saluran pernafasan yang disebabkan COVID-19.
Suka tidak suka memang harus dilakukan demi menjaga kesehatan, karena ekonomi juga tidak akan stabil dan naik jika masyarakat, terutama para pelaku ekonominya mengalami masalah kesehatan.
BUMN hadir
Di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap pandemi COVID-19, BUMN menyatakan siap menjadi ujung tombak untuk bersinergi bersama-sama dalam menjalankan fungsi sosialnya membantu masyarakat Indonesia.
Menteri BUMN Erick Tohir menyatakan bahwa Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) dan RS milik BUMN lainnya siap membantu pemerintah dalam penanganan wabah virus corona atau COVID-19.
"Saya telah sampaikan ke Presiden bahwa RS BUMN siap untuk membantu penanganan COVID-19," ujar Menteri Erick.
Ia mengemukakan total terdapat 65 RS BUMN, dengan ruang perawatan khusus sebanyak 155 tempat tidur dan 66 ruang observasi atau safe house. Dengan demikian, sebanyak 221 kapasitas yang dapat ditampung oleh RS BUMN.
Dalam rangka menjaga ketahanan dan aktivitas ekonomi nasional, Menteri Erick juga memastikan bahwa BUMN tetap beroperasi secara normal dan tidak ada instruksi untuk penutupan layanan di berbagai wilayah di Indonesia.
"BUMN tetap beroperasi seperti biasa, terutama BUMN yang melayani publik. Perbankan, telekomunikasi, bandara, pelabuhan, feri, penerbangan, kereta api, bis, operator jalan tol, Rumah Sakit, farmasi. Semuanya tetap melayani Indonesia," ujar Menteri Erick.
Namun, ia juga meminta kepada seluruh BUMN untuk membatasi pertemuan-pertemuan yang bersifat melibatkan banyak orang, seperti salah satunya rapat di luar daerah, dan sebagainya.
"Hanya saja dalam internal, kami menjaga semua bentuk rapat, jumlah orang yang hadir dalam rapat, kemudian juga mobilitas dibatasi. Di samping itu waktu rapat juga dibatasi. Jadi banyak hal yang dibatasi. Tapi secara umum BUMN tetap beraktivitas seperti biasa," kata Erick Thohir.
Untuk mencegah penyebaran dan melawan virus corona, Menteri BUMN mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergotong-royong. Dua negara yang bisa dijadikan contoh yaitu Vietnam dan Singapura.
Selama ini, memang pemerintah sudah memiliki program penanganan COVID-19 di Indonesia. Hanya saja pemerintah membutuhkan komitmen dari masyarakat dalam perlawanan virus ini.
Erick Thohir juga menyarankan kepada masyarakat untuk lebih sadar akan kebersihan. Salah satu hal kecil yang dicontohkan Erick adalah budaya mencuci tangan. Hal ini karena perilaku dasar ini merupakan modal utama dalam perlawanan terhadap virus corona.
"Kita lakukan hal terkecil yang memang harus kita lakukan, mulai dari rutin mencuci tangan, menjaga kebersihan kantor dan rumah, tidak menghadiri acara yang penuh orang seperti konser, pertandingan olahraga, tempat wisata, resepsi pernikahan," kata Erick Thohir.
Terakhir, Erick Thohir menyarankan bagi yang berusia di atas 50 tahun atau yang sedang sakit, lebih baik menjaga diri untuk tidak keluar rumah.
Tujuan akhir dari tindakan tersebut adalah untuk mengurangi intensitas wabah, dan pada akhirnya dapat memberikan kesejahteraan sosial ekonomi.
Minta insentif
Peneliti senior Institute Developing Enterpreneurship Sutrisno Iwantono meminta pengusaha tidak hanya memikirkan diri sendiri dengan meminta insentif yang berlebihan dalam menghadapi dampak virus corona, namun juga memikirkan aspek kemanusiaan dengan membantu pemerintah.
"Kepada pengusaha dan seluruh lapisan masyarakat marilah kita berkorban untuk sementara, demi kepentingan yang lebih besar ke depan," kata Iwantono.
Iwantono mengakui bahwa kasus COVID-19 mempunyai dampak ekonomi.
Untuk itu pemerintah sudah menerbitkan langkah-langkah stimulus jilid 1 dan jilid 2, ada relaksasi moneter, dukungan fiskal, penundaan pembayaran kredit bank, serta keringanan pajak PPh Pasal 21 dan Pasal 25, walaupun tidak semua sektor mendapatkannya.
Namun Iwantono mengatakan anggaran pemerintah sangat terbatas dan tentu harus ada prioritas. "Biarlah pemerintah bisa prioritaskan aspek kemanusiaan," katanya.
Sedianya, pemerintah menyiapkan anggaran senilai Rp1 triliun untuk Kementerian Kesehatan dalam upaya penanganan penyebaran virus corona jenis baru COVID-19.
"Dana ini kami ingin memberikan keyakinan bahwa langkah-langkah bisa dilakukan tanpa terkendala anggaran," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Menteri Keuangan merinci anggaran itu dialokasikan untuk logistik alat pelindung diri, tes laboratorium, serta mobilisasi tenaga kesehatan di rumah sakit, bandara, dan pelabuhan.
Selain itu juga untuk penanganan pasien di rumah sakit, penyelidikan epidemiologi dan pengadaan sarana dan prasarana rumah sakit rujukan.
Menkeu juga mendukung kebutuhan anggaran untuk pengadaan disinfektan berkoordinasi dengan pemda untuk sarana dan prasarana transportasi publik yang sudah dilakukan salah satunya di kereta.
Selain itu, melakukan disinfektan untuk sarana prasarana ekonomi seperti pasar, mal dan tempat rekreasi dan pembangunan jaringan telekomunikasi untuk mendata WNI yang bepergian ke luar negeri.
Bersama dengan Kementerian Perdagangan dan Bea Cukai, Menkeu menambahkan akan melakukan konsolidasi dalam produksi dan distribusi masker, disinfektan, obat termasuk produksi dalam negeri, pengadaan bahan baku impor hingga kemungkinan pembangunan rumah sakit tambahan untuk perawatan pasien COVID-19.
Lalu, apa yang bisa dilakukan rakyat? Tetap tenang dan membangun imunitas tubuh adalah kunci. Semoga wabah corona segera berlalu, dan imunitas ekonomi kembali membaik sehingga meningkat seperti yang diharapkan.
Baca juga: Besok, Pemerintah keluarkan stimulus kedua tangkal dampak COVID-19
Baca juga: Sri Mulyani kerahkan stimulus fiskal untuk topang ekonomi RI
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI 2020 tumbuh 5,2 persen meski ada COVID-19
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020