Solo (ANTARA Newd)- Pertumbuhan ekonomi beberapa negara diprediksikan akan turun drastis, termasuk di Indonesia diperkirakan kurang dari lima persen, dan ini berarti mempengaruhi kemampuan ekonomi nasional untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Menteri Pertanian Dr.Ir.Anton Apriyantono,MS mengatakan hal itu dalam sambutan tertulis dibacakan Staf Ahli Menteri pertanian Bidang Teknologi Dr.Ir.Iskandar Andi Nuhung,MSc pada "Seminar Nasional Strategi Revitalisasi Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global" yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dalam rangka Dies Natalis Ke 33 di Kampusnya Kentingan Solo, Sabtu.

Semua itu akibat dampak dan krisis global yang akan semakin terasa dalam satu atau dua tahun mendatang.

Untuk itu strategi kebijakan pembangunan nasional harus menempatkan sektor yang memiliki `comparative advantage` sebagai sektor prioritas dalam pembangunan nasional dan sektor itu adalah sektor yang memanfaatkan sumber daya domestik.

Sektor pertanian merupakan pilihan paling bijak dan tepat untuk menjawab tangan dan mengantisipasi semakin meluasnya dampak krisis global terhadap perekonomian domestik.

Menteri mengatakan dengan alasan gejalam krisis global akan teredam dampak dan pengaruhnya jika kketahananpangan nasional dapat dijaga dan dipertahankan, sehingga masyarakat tidak mengalami kekurangan bahan kebutuhan dasar.

Lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia secara langsung dan tidak langsung hidupnya tergantung pada sektor pertanian, sehingga pembangunan pertanian dapat menjamin sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara ini.

Terjadinya krisis global akan berpengaruh pada permintaan hasil pertanian Indonesia, tapi dengan jumlah penduduk yang besar dan industri yang sedang tumbuh menjadi besar potensi bagi produk pertanian domestik, dan tidak perlu tergantung pasar global.

Perkembangan teknologi yang memungkinkan diversifikasi pemanfaatan hasil pertanian termasuk untuk bioenergi, merupakan momentum untuk mendorong peningkatan produksi pertanian kini dan dimasa mendatang.

Indonesia sebenarnya juga telah berhasil kembali mencapai swasembada beras seperti tahun 1984, bahkan produksi beras nasional tahun 2008 mencapai 60,28 ton gabah kering giling (GKG), mengalami peningkatan 3,12 juta ton GKG atau 5,46 persen dibanding tahun 2007, sehingga terjadi surplus sekitar tiga juta ton GKG.

Nilai ekspor hasil pertanian telah menembus angka sekitar 18 miliar dolar Amerika Serikat dengan surplus sekitar 10-12 milyar dolar Amerika Serikat.

Nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator untuk mengukur perbaikan kesejahteraan masyarakat juga semakin membaik, katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009