Besakih (ANTARA News) - Sebanyak 36 "pretima", yakni benda yang disakralkan, diusung dari Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, menuju tempat penyucian di kawasan Pantai Kelotok, Kabupaten Klungkung, Sabtu.
"Melasti" terkait dengan penyelenggaraan Karya Agung Panca Bali Krama (PBK) tersebut, menempuh rute sejauh lebih dari 65 kolometer pergi-pulang Besakih-Pantai Kelotok.
Ketua Panitia Karya Agung PBK Wayan Gunatra, ketika dihubungi di Besakih, mengatakan, di sepanjang jalur "Melasti" yang melintasi 29 desa di Kabupaten Karangasem dan Klungkung itu, untuk selama tiga hari tertutup bagi kendaraan bermotor.
"Kendaraan bermotor tidak diperkenankan lewat pada jam-jam di ruas jalan yang dilalui rombongan Melasti yang memakan waktu selama tiga hari itu," ucapnya.
Melasti yang melibatkan puluhan ribu umat dengan menggotong 36 "pretima" dalam usungan yang disebut jempana itu, panjang antreannya mencapai sekitar lima kilometer.
Umat Hindu yang terlibat dalam ritual yang berlangsung hingga 23 Maret 2009 itu, tidak hanya berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, juga beberapa negara lain di dunia.
Terkait dengan dilakukannya ritual yang digelar sepuluh tahun sekali itu, Wayan Gunatra mengimbau masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor untuk menghindari ruas jalan raya yang dilalui rombongan itu.
Pada hari pertama (21/3), ruas jalan raya Besakih-Pantai Kelotok sepanjang 28 kilometer, tampak telah ditutup bagi semua jenis kendaraan dari dua arah.
Selanjutnya, hari kedua (22/3), jalan raya dari Kota Klungkung ke Pura Puseh Tebola, Kabupaten Karangasem, juga akan mengalami kondisi yang sama, dan hari terakhir dari Tebola ke Pura Besakih.
Namun demikian, sebelum atau setelah rombongan Melasti lewat pada ruas- ruas jalan tertentu, kemungkinan jalur lalu lintas kendaraan dapat dibuka dalam ruang terbatas pada hari-hari itu, katanya.
Serangkaian hari raya yang total penyelenggaraannya lebih dari sebulan itu, menghabiskan puluhan ton aneka bunga, janur, buah-buahan hingga beberapa jenis daging serta penganan sebagai persembahan suci ke hadapan Yang Maha Kuasa. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009