Jika uji coba pengarungan ikan robot pertama yang dilaksanakan tahun depan di pelabuhan Gijon, Spanyol Utara, itu sukses, para ilmuwan akan segera menggunakannya di sungai, danau dan laut-laut di seluruh dunia.
Robot berbentuk ikan bawal ini menghabiskan dana 20 ribu pounsterling (Rp319 juta) per satuannya, dengan gerakan seperti ikan asli dan dilengkapi dengan sensor kimiawi untuk membaui sampah polusi berbahaya seperti bocoran kapal atau pipa bawah tanah.
Ikan-ikan robotik ini akan mengirimkan informasi yang dicerapnya ke daratan dengan menggunakan teknologi Wi-Fi.
Tidak seperti ikan robot sebelumnya yang memerlukan tombol pengendali, ikan-ikan robot generasi baru ini secara independen akan mampu melacak polusi tanpa berinteraksi dengan manusia.
Rory Doyle, ilmuwan peneliti senior pada perusahaan perekayasa BMT Group, yang mengembangkan ikan robotik bersama dengan para peneliti dari Universitas Essex mengatakan, ada banyak alasan mengapa mereka lebih tertarik membuat robot berbentuk ikan bawal itu ketimbang mengembangkan kapal selam konvensional.
"Dengan menggunakan ikan robotik kami tengah mengembangkan satu desain yang diciptakan oleh proses evolusi berusia ratusan juta tahun dengan energi yang sangat efisien," katanya agak bercanda.
"Efisiensi ini adalah hal yang kami perlukan untuk menjamin bahwa sensor deteksi polusi kami bisa menjejak lingkungan bawah air selama berjam-jam."
Ikan robotik ini memiliki panjang 1,5 meter dengan ukuran sebesar anjing laut. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009