Ini adalah rekor baru dalam hal meniup peluit TNI AL

Makassar (ANTARA) - Sebanyak 300 siswa sekolah menengah atas (SMA) yang tergabung dalam Saka Bahari Pramuka berjejer di atas dua kapal latih tiang KRI Dewaruci dan Bima Suci-945 untuk meniup peluit secara serentak sehingga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MuRi).

Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MuRi) Yusuf Ngadri di Makassar, Minggu, saat menyerahkan piagam penghargaan mengatakan, rekor baru tercipta dari meniup peluit serentak oleh 300 orang siswa Saka Bahari Pramuka.

"Ini adalah rekor baru dalam hal meniup peluit TNI AL. Terlihat anak-anak Pramuka ini begitu piawai dalam meniup peluitnya dan kebetulan menjadi bersejarah karena dilakukan di atas KRI Dewaruci dan Bima Suci," ujarnya.

Ia mengatakan, meniup peluit TNI AL ini tidak mudah dan harus dilakukan dengan teknik-teknik khusus yang sudah dipelajari oleh siswa Saka Bahari Pramuka tersebut.

Baca juga: "Tiktok" cuci tangan cegah COVID-19 digelar Lantamal VI dan Pramuka

"Kalau tidak punya tekniknya itu tidak bisa bunyi peluitnya. Tidak semua bisa melakukannya dan mereka semua meniupnya dengan sempurna dan dengan jumlah yang banyak serta serentak dengan irama yang sama," katanya.

Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Samad Suhaeb yang menerima langsung piagam penghargaan itu mengungkapkan banyak terima kasih atas rekor tersebut terlebih dilakukan oleh generasi muda yang punya semangat nasionalisme.

Penyerahan piagam penghargaan ini harusnya diberikan kepada Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Sulsel Syahrul Yasin Limpo, tetapi karena berhalangan sehingga piagam diterima oleh Ketua Kwarda Makassar Iqbal Samad Suhaeb.

Baca juga: KRI Dewaruci dan KRI Bima Suci diserbu siswa di Makassar

Menurut dia, banyak makna dari pemecahan rekor MuRi ini, selain ingin mencatatkan nama dalam sejarah, juga kegiatan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme.

"Saya melihatnya lebih kepada semangat nasionalisme dan patriotisme dari anak-anak kita yang akan menjadi penerus bangsa ini," ucapnya.

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020